Minggu, 07 Februari 2016

ASUAHAN KEPERAWATAN pada MASALAH KEBUTUHAN ELIMINASI URINE



BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar belakang
Eliminasi urine  normalnya adalah pengeluran cairan. Pengeluaran ini sangat bergantung pada fungsi – fungsi oragan eliminasi urine seperti ginjal, ureter, bladder, dan uretra. Sistem urinaria (ginjal) terdiri dari organ – organ yang memproduksi urine dan mengeluarkan dari tubuh. Sistem ini merupakan salah satu sistem utama untuk mempertahankan homeostatis.

1.2    Rumusan masalah
1.      Pengertian konsep eliminasi urine
2.      Anatomi fisiologi saluran perkemihan  
3.      Proses pembentukan urine
4.      Faktor yang mempengaruhi eliminasi urine
5.      Perubahan eliminasi urine

1.3    Tujuan Penelitian
1.      Memahami pengertian konsep eliminasi urine
2.      Dapat mengetahui tentang konsep eliminasi urine
3.      Dapat mengetahui faktor yang mempengaruhi eliminasi urine

1.4    Metode  Penulisan 
Makalah ini dapat dibuat dari  berbagai sumber buku yaitu :
·         Buku ajar konsep dasar manusia teori dan aplikasi dalam praktek
·         Pengantar kebutuhan dasar manusia aplikasi konsep dan proses keperawatan
·         Kebutuhan dasar manusia dan proses keperawatan




BAB II
PEMBAHASAN

KONSEP ELIMINASI URINE

2.1 PENGERTIAN ELEMINASI URINE

Eliminasi urine normalnya adalah pengeluaran cairan. Proses pengeluaran ini sangat bergantungan pada fungsi fungsi organ eliminasi urine seperti ginjal, ureter, bladder, dan uretra.
Anatomi dan Fisiologi
1.      ginjal
Ginjal adalah organ yang berbentuk kacang bewarna merah tua, panjangnya 12,5 cm dan tebalnya 2,5 cm.beratnya kurang lebih 125 sampai 175 gram pada laki laki dan 115 sampai 155 gram pada wanita.
             Ginjal terletak pada bagian belakang rongga abdomen bagian atas setinggi vetebra thorakal 11 dan 12. Ginjal di lindungi oleh otot abdomen, jaringan lemak atau kapsul adiposa. Satu ginjal mengandung 1 sampai 4 juta nefron yang merupakan unit pembentuk urine.
              Ginjal menghasilkan hormon eritropoitin yang berfungsi meransang produksi eritropoitisetin yang merupakan bahan baku sel darah merah pada sumsum tulang
Fungsi Utama Ginjal
·         Mengeluarkan sisa nitrogen, toksin, ion, dan obat-obatan.
·         Mengatur jumlah dan zat-zat kimia dalam tubuh.
·         Mempertahankan keseimbangan antara air dan garam-garam serta asam dan basah.
·         Menghasilkan renin, enzim untuk membantu pengaturan tekanan darah
·         Menghasilkan hormon eritropoitin yang menstumulasi pembentukan sel-sel darah merah di sumsum tulang.
·         Membantu dalam pembentukan vitamin D
2.      Ureter
Setelah urine terbentuk kemudian akan di alirkan ke pelvis ginjal lalu kebladder melalui ureter. Panjang ureter pada orang dewasa antara 26 sampai 30 cm dengan diameter 4 sampai 6 mm. Setelah meninggalkan ginjal, ureter berjalan kebawah di belakang peritoneom ke dinding bagian belakang kandung kemih.

3.      Kandung Kemih
Merupakan tempat penampugan urine. Terletek didasar panggul pada daerah retroveritonea dan  terdiri atas otot yang dapat  mengecil.kandung kemih terdiri atas dua bagian yaitu bagian fondus atau bodi yang merupakan otot lingkar, tersusun dari otot detrusor dan bagian leher yang berhubungan langsung dengan uretra.

4.      uretra
Merupakan saluran pembungan urine yang langsung keluar dari tubuh.panjang uretra wanita lebih pendek yaitu 3,7 cm sedankan pria panjangya 20 cm.
           
Pola Eliminasi Urine Normal
Pola eliminasi urine sangat tergantung pada individu, biasanya miksi setelah bekerja,  makan atau bangun tidur. Normalnya miksi dalam sehari sekitar 5 kali.
Karakteristik Urine Normal
            Warna urine normal adalah kuning terang karena adanya pigmen urochrome. Namun demikian, warna urine tergantung pada intake cairan, keadaan dehidrasi konsentrasinya menjadi lebih pekat dan kecoklatan, penggunaan berubah menjadi kemerahan sampai kehitaman.
            Jumlah urine yang dikeluarkan tergantung pada usia, intake cairan, dan status kesehatan. Pada orang dewasa sekitar 1.200 sampai 1.500 ml per hari atau 150 samapai 600 ml per sekali miksi.


2.2 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ELIMINASI URINE

Beberapa faktor yang mempengaruhi eliminasi urine adalah sebagai berikut :
1.      Diet dan Asupan
Jumlah dan tipe makanan yang merupakan faktor utama yang memengaruhi output atau jumlah urine. Protein dan natrium dapat menentukan jumlah urine yang dibentuk. Selain itu, kopi juga dapat meningkatkan pembentukan urine.

2.      Respons Keinginan Awal untuk Berkemih
Kebiasaan mengabaikan keinginan awal untuk berkemih dapat menyebabkan urine banyak bertahan didalam vesika urinaria dan jumlah pengeluran urine.

3.      Gaya Hidup
Perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi pemenuhan kabutuhan eliminasi dalam kaitannya dengan ketersediaan fasilitas toilet.

4.      Stres Psikologis
Meningkatnya stres dapat mengakibatkan seringnya frekuensi keinginan berkemih. Hal ini karena meningkatnya sensitivitas untuk keinginan berkemih dan jumlah urine yang diproduksi.

5.      Tingkat Aktivitas
Eliminasi urine membutuhkan tonus otot vesika urinaria yang baik untuk fungsi sfingter. Hilangnya tonus otot vesika urinaria yang menyebabkan  kemampuan Pengontrolan berkemih menurun dan kemampuan tonus otot didpatkan dengan beraktifitas.



6.      Tingkat Perkembangan
 Tingkat pertumbuhan dan perkembangan dapat mempengaruhi pola perkemihan. Hal tersebut ditemukan pada anak – anak, yang berlebih memiliki kecenderungan untuk mengalami kesulitan mengontrol buang air kecil. Namun dengan bertambahnya usia, kemampuan untuk mengontrol buang air kecil meningkat.

7.      Kondisi Penyakit
Kondisi penyakit tertentu, seperti diabetes millitus, dapat memengaruhi produksi urine.

8.      Sosiokultural
            Budaya dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi urine, seperti adanya kultur masyarakat yang melarang untuk buang air kecil ditempat tertentu.

9.      Kebiasaan Seseorang
            Seseorang yang dapat memiliki kebiasaan berkemih di toilet dapat mengalami kesulitan untuk berkemih dengan melalui urinal atau pot urine bila dalam keaadaan sakit.

10.  Tonus Otot
Tonus otot yang memilki peran penting dalam membantu proses perkemihan adalah kandung kemih, otot abdomen, dan pelvis. Ketiganya sangat berperan dalam kontraksi pengontrolan pengeluaran urine.

11.  Pembedahan
 Efek pembedahan dapat menurunkan filtrasi glomerulus yang dapat menyebabkan penurunan jumlah produksi urine karena dampak dari pemberian obat enestesi.


12.  Pengobatan
Efek pengobatan menyebabkan peningkatan atau penurunan jumlah urine.

13.  Pemeriksaaan Diagnostik 
Prosedur  dianostik yang berhubungan dengan tindakan pemeriksaan saluran kemih seperti intravenous pyelogram (IVP), dengan membatasi jumlah asuapan dapat mempengaruhi produksi urine kemudian, tindakan sistokopi dapat menimbulkan edema lokal pada uretra yang dapat menggunakan pengeluaran urine.

2.3 MASALAH KEBUTUHAN ELIMINASI URINE

A.     RETENSI URINE
Merupakan penumpukan urine dalam kandung kemih akibat ketidakmampuan kandung kemih untuk mengososngkan isinya, sehingga menyebabkan distensi dari vesika urinaria. Atau, retensi urine dapat pula merupakan keadaan dimana seseorang mengalami pengosong kandung kemih yang tidak lengkap. Kandungan urine normal dalam vesika urinaria adalah sebesar 250 – 450 ml, dan sampai batas jumlah tersebut urine merangsang refleks untuk berkemih. Dalam keadaan distensi, vesika urinia dapat menampung sebenyak 3000 – 4000 ml urine.
 Tanda – tanda klinis pada retensi :
·         Ketidaknyamanan daerah pubis
·         Distensi vesika urinaria
·         Ketidaksanggupan untuk berkemih
·         Sering berkemih saat vesika urinaria berisi sedikit urine (25 – 50 ml)
·         Ketidakseimbangan jumlah urine yang dikeluarkan dengan asupannya
·         Meningkatnya keresahan dan keinginan berkemih
·         Adanya urine sebanyak 3000 – 4000 ml dalam kandung kemih


Penyebab :
·         Operasi pada daerah abdomen bawah, pelvis vesika urinaria
·         Trauma sumsum tulang belakang
·         Tekanan ureter yang tinggi disebabkan oleh otot detrusor yang lemah
·         Sfingter yang kuat
·         Sumbatan (striktur uretra dan pembesaran kelenjar prostat).

B.     INKONTINENSIA URINE
Inkontinensia urine adalah ketidakmampuan otot sfingter ekstral sementara atau menetap untuk mengontrol ekskresi urine. Secara umum, penyebab dari inkontinensia : proses penuaan, pembesaran kelenjar prostat, penurunan kesadaran, dan penggunaan obat narkotik atau sedatif. Inkontinensia urine terdiri atas :
1.      Inkontinensia Dorongan
Inkontinensia dorongan merupakan keadaan di mana seseorang mengalami pengeluaran urine tanpa sadar, terjadi segera setelah merasa dorongan yang kuat untuk berkemih.
Kemingkinan penyebab :
·         Penurunan kapasitas kandung kemih
·         Iritasi pada reseptor regangan kandung kemih yang menyebabkan spasme (infeksi saluran kemih)
·         Minum alkohol atau kafein
·         Peningkatan cairan
·         Peningkatan konsentrasi urine
·         Distensi kandung kemih yang berlebihan

Tanda – tanda Inkontinensia dorongan :
·         Sering miksi (miksi lebih dari 2 jam sekali)
·         Spasme kandung kemih



2.      Inkontinensia Total
Inkontinensia total merupakan keadaan di mana seseorang mengalami pengeluran urine secara terus – menerus dan tidak dapat diperkirakan.
Kemungkinan penyebabnya :
·         Disfungsi neurologis
·         Kontraksi independen dan reflek detrusor karena saraf medula spinalis
·         Fistula
·         Neuropati
Tanda – tanda Inkontinensia total :
·         Aliran konstan yang terjadi pada saat tidak diperkirakan
·         Tidak ada distensi kandung kemih
·         Nokturia
·         Pengobatan Inkontinensia tidak berhasil

3.      Inkontinensia Stres
Inkontinensia stres merupakan keadaan seseorang yang mengalami kehilangan urine kurang dari 50 ml, terjadi dengan peningkatan tekanan abdomen.
Kemungkinan penyebab :
·         Perubahan degeneratif pada otot pelvis dan struktur penunjang yang berhubungan dengan penuaan
·         Tekanan intra abdominal tinggi (obisitas)
·         Distensi kandung kemih
·         Otot pelvis dan struktur penunjang lemah

Tanda – tanda Inkontinensia stres :
·         Adanya urine menetes dengan peningkatan tekanan abdomen
·         Adanya dorongan berkemih
·         Sering miksi (lebih dari 2 jam sekali

4.      Inkontinensia Refleks
Inkontinensia refleks merupakan keadaan di mana seseorang mengalami perubahan urine yang tidak dirasakan, terjadi pada interval yang dapat diperkirakan bila volume kandung kemih mencapai jumlah tertentu.
Kemungkinan penyebab :
·         Kerusakan neurologis (lesi medula spinalis)

Tanda – tanda Inkontinensia refleks :
·         Adanya urine menetes dengan peningkatan tekanan abdomen
·         Merasa bahwa kandung kemih penuh
·         Kontraksi atau spasme kandung kemih tidak dihambat pada inteval teratur.

5.      Inkontinensia Fungsional
Inkontinensia fungsional merupakan keadaan seseorang yang mengalami pengeluran urine secara tanpa disadari dan tidak dapat diperkirakan.
Kemungkinan penyebab :
·         Kerusakan neurologis (lesi medula spinalis)

Tanda – tanda Inkontinensia fungsional
·         Adanya dororngan untuk bekemih
·         Kontraksi kandung kemih cukup kuat untuk mengeluarkan urine.

C.     ENURESIS
Enuresis merupakan ketiksanggupan menahan kemih (mengompol) yang mengakibatkan tidak mampu mengontrol sfingter eksterna. Enuresis biasanya terjadi pada anak atau orang jompo, umumnya pada malam hari.
Faktor penyebab enuresis adalah :
·         Kapasita vesika urinaria lebih besar dari kondisi normal
·         Anak – anak yang tidurnya bersuara dan tanda – tanda dari indikasi keinginan berkemih tidak diketahui, yang mengakibatkan terlambatnya bangun tidur untuk ke kamar mandi
·         Vesika urinaria peka rangsang dan seterusnya tidak dapat menampung urine dalam jumlah besar
·         Suasana emosional yang tidak menyenangkan dirumah 
·         Orang tua yang mempunyai pendapat bahwa anaknya akan mengatasi kebiasaan tanpa dibantu untuk mendidiknya
·         Infeksi saluran kemih atau perubahan fisik atau neurologis sistem perkemihan
·         Makanan yang banyak mengandung garam dan mineral, atau makanan pemedas
·         Anak yang takut jalan gelap untuk ke kamar mandi

D.    URETEROTOMI
Ureterotomi adalah tindakan operasi dengan jalan membuat stoma pada dinding perut untuk drainase urine. Operasi ini dilakukan karena adanya penyakit atau disfungsi pada kandung kemih.

2.4 PERUBAHAN POLA ELIMINASI URINE
Perubahan pola eliminasi urine merupakan keadaan seseorang yang mengalami ganguan pada eliminasi urine, disebabkan oleh multipel (obstruksi anatomis), kerusakan motorik sensorik, infeksi saluran kemih. Perubahan pola eliminasi urine terdiri atas :
·         Frekuensi merupakan jumlah berkemih dalam sehari
·         Urgensi adalah peerasaan seseorang untuk berkemih, takut mengalami inkontinensia jika tidak berkemih.
·         Disuria adalah rasa sakit dan kesulitan dalam bekemih
·         Poliuria merupakan produksi urine abnormal dalam jumlah besar oleh ginjal tanpa adanya peningkatan asupan cairan.
·         Urinaria supresi adalah berhentinya produksi urine secara mendadak.
2.5 ASUAHAN KEPERAWATAN pada MASALAH KEBUTUHAN ELIMINASI URINE
A.    Pengkajian
a.       Riwayat keperawatan
·         Pola berkemih
·         Gejala dari perubahan berkemih
·         Faktor yang memengaruhi berkemih

b.      Pemeriksaan fisik
·         Abdomen
Pembesaran, pelebaran pembuluh darah vena, distensi bladder, pembesaran ginjal, nyeri tekan, tenderness, bising usus.

·         Genetalia wanita
Inflamasi, nodul, lesi, adanya sekret dari meatus, keadaan atropi jaringan vagina

·         Genetalia laki – laki
Kebersihan, adanya lesi, tenderness, adanya pembesaran skrotum

c.       Intake dan output cairan
·         Kaji intake dan output cairan dalam (24 jam).
·         Kebiasan minum di rumah.
·         Intake:cairan infus, oral, makanan, NGT.
·         Kaji perubahan volume urine untuk mengetahui ketidakseimbangan cairan.
·         Output urine dan urinal, cateter bag, drainage ureterostomy, sistostomi.
·         Karakteristik urine:warna, kejernihan, bau, kepekatan.
d.      Pemeriksaan dianostik
a.    Pemeriksaan urine (urinalisis):
·  Warna (N: jernih kekuningan)
·  Penampilan (N: jernih)
·  Bau (: beraroma)
·  pH (N: 4,5-8,0)
·  Berat  jenis (N: 1,005-1,030)
·  Glukosa (N: negatif)
·  Keton (N: negatif)
b. Kultur urine (N: kuman patogen negatif).

B.     Dianognosa Keperawatan dan Intervensi
a.       Gangguan pola elminasi urine : inkontinensia
Defisinisi : kondisi dimana seseorang tidak mampu mengendalikan pengeluran urine.
Kemungkinan berhubungan dengan :
·         Gangguan neuromuskuler
·         Spasme bladder
·         Trauma pelvic
·         Infeksi saluran kemih
·         Trauma medulla spinalis

Kemungkinan data yang ditemukan
·         Inkontinensia
·         Keinginan beerkemih yang segera
·         Sering ke toilet
·         Menghindari minum
·         Spasme bladder
·         Setiap berkemih kurang dari 100 ml atau lebih dari 3550 ml

Tujuan yang diharapkan :
·         Klien dapat mengontrol pengeluaran urine setiap 4 jam
·         Tidak ada tanda – tanda retensi dan inkontinensia urine
·         Klien berkemih dalam keadaan rileks
b.      Retensi urine
Definisi : Kondisi di mana  seseorang mampu mengosongkan bladder secara tuntas.
Kemungkinan berhubungan dengan :
·         Obstruksi mekanik
·         Pembesaran prostat
·         Trauma
·         Pembedahan
·         Kehamilan

Kemungkinan data yang ditemukan :
·         Tidak tuntasnya pengeluaran urine
·         Distensi bladder
·         Hipertropi prostat
·         Kanker
·         Infeksi saluran kemih
·         Pembedahan besar abdomen

Tujuan yang diharapkan :
·         Pasien yang mengontrol pengeluran bladder setiap 4 jam
·         Tanda dan gejala retensi urine tidak ada











BAB III
PENUTUP

Fungsi masing-masing organ perkemihan

Ø Ginjal
ž Memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis atau racun.
ž Mempertahankan suasana keseimbangan cairan.
ž Mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh.
ž Mengeluarkan sisa-sisa metabolisme akhir dari protein ureum, kreatinin dan amoniak.





DAFTAR PUSTAKA

Alimul, A.Aziz.H. 2006. Pengantar Konsep Dasar Manusia aplikasi Konsep Dasar dan Proses Keperawatan”. Surabaya : Salembang Medika

Iqbal, Wahid Mubarok dan Nurul Chayanti. 2007. Buku “Ajar Kebutuhan Dasar Manusia Teori dan Aplikasi dalam Praktik”. Gresik Buku Kedokteran.
Tarwoto dan Wartonah. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta : Selemba Medika.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar