BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang
Eliminasi urine normalnya adalah
pengeluran cairan. Pengeluaran ini sangat bergantung pada fungsi – fungsi
oragan eliminasi urine seperti ginjal, ureter, bladder, dan uretra. Sistem
urinaria (ginjal) terdiri dari organ – organ yang memproduksi urine dan
mengeluarkan dari tubuh. Sistem ini merupakan salah satu sistem utama untuk
mempertahankan homeostatis.
1.2
Rumusan masalah
1.
Pengertian
konsep eliminasi urine
2.
Anatomi
fisiologi saluran perkemihan
3.
Proses
pembentukan urine
4.
Faktor yang mempengaruhi eliminasi urine
5.
Perubahan eliminasi
urine
1.3
Tujuan Penelitian
1.
Memahami pengertian
konsep eliminasi urine
2.
Dapat mengetahui tentang
konsep eliminasi urine
3.
Dapat mengetahui
faktor yang mempengaruhi eliminasi urine
1.4
Metode Penulisan
Makalah
ini dapat dibuat dari berbagai sumber
buku yaitu :
·
Buku ajar konsep dasar
manusia teori dan aplikasi dalam praktek
·
Pengantar kebutuhan
dasar manusia aplikasi konsep dan proses keperawatan
·
Kebutuhan dasar
manusia dan proses keperawatan
BAB II
PEMBAHASAN
KONSEP ELIMINASI URINE
2.1 PENGERTIAN ELEMINASI URINE
Eliminasi
urine normalnya adalah pengeluaran cairan. Proses pengeluaran ini sangat
bergantungan pada fungsi fungsi organ eliminasi urine seperti ginjal, ureter, bladder,
dan uretra.
Anatomi
dan Fisiologi
1.
ginjal
Ginjal
adalah organ yang berbentuk kacang bewarna merah tua, panjangnya 12,5 cm dan
tebalnya 2,5 cm.beratnya kurang lebih 125 sampai 175 gram pada laki laki dan
115 sampai 155 gram pada wanita.
Ginjal terletak pada bagian belakang rongga
abdomen bagian atas setinggi vetebra thorakal 11 dan 12. Ginjal di lindungi
oleh otot abdomen, jaringan lemak atau kapsul adiposa. Satu ginjal mengandung 1
sampai 4 juta nefron yang merupakan unit pembentuk urine.
Ginjal menghasilkan hormon eritropoitin yang
berfungsi meransang produksi eritropoitisetin yang merupakan bahan baku sel
darah merah pada sumsum tulang
Fungsi
Utama Ginjal
·
Mengeluarkan sisa nitrogen, toksin, ion, dan obat-obatan.
·
Mengatur jumlah dan zat-zat kimia dalam tubuh.
·
Mempertahankan keseimbangan antara air dan garam-garam serta
asam dan basah.
·
Menghasilkan renin, enzim untuk membantu pengaturan tekanan
darah
·
Menghasilkan hormon eritropoitin yang menstumulasi
pembentukan sel-sel darah merah di sumsum tulang.
·
Membantu dalam pembentukan vitamin D
2.
Ureter
Setelah
urine terbentuk kemudian akan di alirkan ke pelvis ginjal lalu kebladder
melalui ureter. Panjang ureter pada orang dewasa antara 26 sampai 30 cm dengan
diameter 4 sampai 6 mm. Setelah meninggalkan ginjal, ureter berjalan kebawah di
belakang peritoneom ke dinding bagian belakang kandung kemih.
3.
Kandung Kemih
Merupakan
tempat penampugan urine. Terletek didasar panggul pada daerah retroveritonea
dan terdiri atas otot yang dapat mengecil.kandung kemih terdiri atas dua
bagian yaitu bagian fondus atau bodi yang merupakan otot lingkar, tersusun dari
otot detrusor dan bagian leher yang berhubungan langsung dengan uretra.
4.
uretra
Merupakan
saluran pembungan urine yang langsung keluar dari tubuh.panjang uretra wanita
lebih pendek yaitu 3,7 cm sedankan pria panjangya 20 cm.
Pola
Eliminasi Urine Normal
Pola
eliminasi urine sangat tergantung pada individu, biasanya miksi setelah
bekerja, makan atau bangun tidur.
Normalnya miksi dalam sehari sekitar 5 kali.
Karakteristik
Urine Normal
Warna urine normal adalah kuning
terang karena adanya pigmen urochrome. Namun demikian, warna urine tergantung
pada intake cairan, keadaan dehidrasi
konsentrasinya menjadi lebih pekat dan kecoklatan, penggunaan berubah menjadi
kemerahan sampai kehitaman.
Jumlah urine yang dikeluarkan
tergantung pada usia, intake cairan,
dan status kesehatan. Pada orang dewasa sekitar 1.200 sampai 1.500 ml per hari
atau 150 samapai 600 ml per sekali miksi.
2.2 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ELIMINASI URINE
Beberapa
faktor yang mempengaruhi eliminasi urine adalah sebagai berikut :
1.
Diet dan Asupan
Jumlah dan tipe makanan yang merupakan
faktor utama yang memengaruhi output atau jumlah urine. Protein dan natrium
dapat menentukan jumlah urine yang dibentuk. Selain itu, kopi juga dapat
meningkatkan pembentukan urine.
2.
Respons Keinginan Awal untuk Berkemih
Kebiasaan mengabaikan keinginan awal
untuk berkemih dapat menyebabkan urine banyak bertahan didalam vesika urinaria
dan jumlah pengeluran urine.
3.
Gaya Hidup
Perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi
pemenuhan kabutuhan eliminasi dalam kaitannya dengan ketersediaan fasilitas
toilet.
4.
Stres Psikologis
Meningkatnya stres dapat mengakibatkan
seringnya frekuensi keinginan berkemih. Hal ini karena meningkatnya
sensitivitas untuk keinginan berkemih dan jumlah urine yang diproduksi.
5.
Tingkat Aktivitas
Eliminasi urine membutuhkan tonus otot
vesika urinaria yang baik untuk fungsi sfingter. Hilangnya tonus otot vesika
urinaria yang menyebabkan kemampuan
Pengontrolan berkemih menurun dan kemampuan tonus otot didpatkan dengan
beraktifitas.
6.
Tingkat Perkembangan
Tingkat
pertumbuhan dan perkembangan dapat mempengaruhi pola perkemihan. Hal tersebut
ditemukan pada anak – anak, yang berlebih memiliki kecenderungan untuk
mengalami kesulitan mengontrol buang air kecil. Namun dengan bertambahnya usia,
kemampuan untuk mengontrol buang air kecil meningkat.
7.
Kondisi Penyakit
Kondisi penyakit tertentu, seperti
diabetes millitus, dapat memengaruhi produksi urine.
8.
Sosiokultural
Budaya dapat mempengaruhi pemenuhan
kebutuhan eliminasi urine, seperti adanya kultur masyarakat yang melarang untuk
buang air kecil ditempat tertentu.
9.
Kebiasaan Seseorang
Seseorang
yang dapat memiliki kebiasaan berkemih di toilet dapat mengalami kesulitan
untuk berkemih dengan melalui urinal atau pot urine bila dalam keaadaan sakit.
10. Tonus Otot
Tonus otot yang memilki peran penting dalam membantu proses
perkemihan adalah kandung kemih, otot abdomen, dan pelvis. Ketiganya sangat
berperan dalam kontraksi pengontrolan pengeluaran urine.
11. Pembedahan
Efek pembedahan dapat
menurunkan filtrasi glomerulus yang dapat menyebabkan penurunan jumlah produksi
urine karena dampak dari pemberian obat enestesi.
12. Pengobatan
Efek pengobatan menyebabkan peningkatan atau penurunan
jumlah urine.
13. Pemeriksaaan
Diagnostik
Prosedur dianostik
yang berhubungan dengan tindakan pemeriksaan saluran kemih seperti intravenous pyelogram (IVP), dengan
membatasi jumlah asuapan dapat mempengaruhi produksi urine kemudian, tindakan
sistokopi dapat menimbulkan edema lokal pada uretra yang dapat menggunakan
pengeluaran urine.
2.3 MASALAH KEBUTUHAN ELIMINASI URINE
A.
RETENSI URINE
Merupakan
penumpukan urine dalam kandung kemih akibat ketidakmampuan kandung kemih untuk
mengososngkan isinya, sehingga menyebabkan distensi dari vesika urinaria. Atau,
retensi urine dapat pula merupakan keadaan dimana seseorang mengalami pengosong
kandung kemih yang tidak lengkap. Kandungan urine normal dalam vesika urinaria
adalah sebesar 250 – 450 ml, dan sampai batas jumlah tersebut urine merangsang
refleks untuk berkemih. Dalam keadaan distensi, vesika urinia dapat menampung
sebenyak 3000 – 4000 ml urine.
Tanda – tanda klinis pada retensi :
·
Ketidaknyamanan daerah pubis
·
Distensi vesika urinaria
·
Ketidaksanggupan untuk berkemih
·
Sering berkemih saat vesika urinaria berisi sedikit urine
(25 – 50 ml)
·
Ketidakseimbangan jumlah urine yang dikeluarkan dengan
asupannya
·
Meningkatnya keresahan dan keinginan berkemih
·
Adanya urine sebanyak 3000 – 4000 ml dalam kandung kemih
Penyebab :
·
Operasi pada daerah abdomen bawah, pelvis vesika urinaria
·
Trauma sumsum tulang belakang
·
Tekanan ureter yang tinggi disebabkan oleh otot detrusor
yang lemah
·
Sfingter yang kuat
·
Sumbatan (striktur uretra dan pembesaran kelenjar prostat).
B.
INKONTINENSIA URINE
Inkontinensia
urine adalah ketidakmampuan otot sfingter ekstral sementara atau menetap untuk
mengontrol ekskresi urine. Secara umum, penyebab dari inkontinensia : proses
penuaan, pembesaran kelenjar prostat, penurunan kesadaran, dan penggunaan obat
narkotik atau sedatif. Inkontinensia urine terdiri atas :
1.
Inkontinensia Dorongan
Inkontinensia dorongan merupakan
keadaan di mana seseorang mengalami pengeluaran urine tanpa sadar, terjadi
segera setelah merasa dorongan yang kuat untuk berkemih.
Kemingkinan penyebab :
·
Penurunan kapasitas kandung kemih
·
Iritasi pada reseptor regangan kandung kemih yang
menyebabkan spasme (infeksi saluran kemih)
·
Minum alkohol atau kafein
·
Peningkatan cairan
·
Peningkatan konsentrasi urine
·
Distensi kandung kemih yang berlebihan
Tanda – tanda Inkontinensia dorongan :
·
Sering miksi (miksi lebih dari 2 jam sekali)
·
Spasme kandung kemih
2.
Inkontinensia Total
Inkontinensia total merupakan keadaan di mana seseorang
mengalami pengeluran urine secara terus – menerus dan tidak dapat diperkirakan.
Kemungkinan penyebabnya :
·
Disfungsi neurologis
·
Kontraksi independen dan reflek detrusor karena saraf medula
spinalis
·
Fistula
·
Neuropati
Tanda
– tanda Inkontinensia total :
·
Aliran konstan yang terjadi pada saat tidak diperkirakan
·
Tidak ada distensi kandung kemih
·
Nokturia
·
Pengobatan Inkontinensia tidak berhasil
3.
Inkontinensia Stres
Inkontinensia stres merupakan keadaan
seseorang yang mengalami kehilangan urine kurang dari 50 ml, terjadi dengan
peningkatan tekanan abdomen.
Kemungkinan penyebab :
·
Perubahan degeneratif pada otot pelvis dan struktur
penunjang yang berhubungan dengan penuaan
·
Tekanan intra abdominal tinggi (obisitas)
·
Distensi kandung kemih
·
Otot pelvis dan struktur penunjang lemah
Tanda – tanda Inkontinensia stres :
·
Adanya urine menetes dengan peningkatan tekanan abdomen
·
Adanya dorongan berkemih
·
Sering miksi (lebih dari 2 jam sekali
4.
Inkontinensia Refleks
Inkontinensia refleks merupakan keadaan
di mana seseorang mengalami perubahan urine yang tidak dirasakan, terjadi pada interval
yang dapat diperkirakan bila volume kandung kemih mencapai jumlah tertentu.
Kemungkinan penyebab :
·
Kerusakan neurologis (lesi medula spinalis)
Tanda – tanda Inkontinensia refleks :
·
Adanya urine menetes dengan peningkatan tekanan abdomen
·
Merasa bahwa kandung kemih penuh
·
Kontraksi atau spasme kandung kemih tidak dihambat pada
inteval teratur.
5.
Inkontinensia Fungsional
Inkontinensia fungsional merupakan
keadaan seseorang yang mengalami pengeluran urine secara tanpa disadari dan
tidak dapat diperkirakan.
Kemungkinan penyebab :
·
Kerusakan neurologis (lesi medula spinalis)
Tanda – tanda Inkontinensia fungsional
·
Adanya dororngan untuk bekemih
·
Kontraksi kandung kemih cukup kuat untuk mengeluarkan urine.
C.
ENURESIS
Enuresis
merupakan ketiksanggupan menahan kemih (mengompol) yang mengakibatkan tidak
mampu mengontrol sfingter eksterna. Enuresis biasanya terjadi pada anak atau
orang jompo, umumnya pada malam hari.
Faktor penyebab
enuresis adalah :
·
Kapasita vesika urinaria lebih besar dari kondisi normal
·
Anak – anak yang tidurnya bersuara dan tanda – tanda dari
indikasi keinginan berkemih tidak diketahui, yang mengakibatkan terlambatnya
bangun tidur untuk ke kamar mandi
·
Vesika urinaria peka rangsang dan seterusnya tidak dapat
menampung urine dalam jumlah besar
·
Suasana emosional yang tidak menyenangkan dirumah
·
Orang tua yang mempunyai pendapat bahwa anaknya akan
mengatasi kebiasaan tanpa dibantu untuk mendidiknya
·
Infeksi saluran kemih atau perubahan fisik atau neurologis
sistem perkemihan
·
Makanan yang banyak mengandung garam dan mineral, atau
makanan pemedas
·
Anak yang takut jalan gelap untuk ke kamar mandi
D.
URETEROTOMI
Ureterotomi
adalah tindakan operasi dengan jalan membuat stoma pada dinding perut untuk
drainase urine. Operasi ini dilakukan karena adanya penyakit atau disfungsi
pada kandung kemih.
2.4 PERUBAHAN POLA ELIMINASI URINE
Perubahan
pola eliminasi urine merupakan keadaan seseorang yang mengalami ganguan pada
eliminasi urine, disebabkan oleh multipel (obstruksi anatomis), kerusakan
motorik sensorik, infeksi saluran kemih. Perubahan pola eliminasi urine terdiri
atas :
·
Frekuensi merupakan jumlah berkemih dalam sehari
·
Urgensi adalah peerasaan seseorang untuk berkemih, takut
mengalami inkontinensia jika tidak berkemih.
·
Disuria adalah rasa sakit dan kesulitan dalam bekemih
·
Poliuria merupakan produksi urine abnormal dalam jumlah
besar oleh ginjal tanpa adanya peningkatan asupan cairan.
·
Urinaria supresi adalah berhentinya produksi urine secara
mendadak.
2.5 ASUAHAN KEPERAWATAN pada MASALAH KEBUTUHAN ELIMINASI
URINE
A.
Pengkajian
a.
Riwayat keperawatan
·
Pola berkemih
·
Gejala dari perubahan berkemih
·
Faktor yang memengaruhi berkemih
b.
Pemeriksaan fisik
·
Abdomen
Pembesaran, pelebaran pembuluh darah vena, distensi bladder,
pembesaran ginjal, nyeri tekan, tenderness, bising usus.
·
Genetalia wanita
Inflamasi, nodul, lesi, adanya sekret dari meatus, keadaan
atropi jaringan vagina
·
Genetalia laki – laki
Kebersihan, adanya lesi, tenderness, adanya pembesaran
skrotum
c.
Intake dan output cairan
·
Kaji intake dan output cairan dalam (24 jam).
·
Kebiasan minum di rumah.
·
Intake:cairan infus, oral,
makanan, NGT.
·
Kaji perubahan volume urine untuk mengetahui
ketidakseimbangan cairan.
·
Output urine dan urinal, cateter bag, drainage ureterostomy,
sistostomi.
·
Karakteristik urine:warna, kejernihan, bau, kepekatan.
d.
Pemeriksaan dianostik
a.
Pemeriksaan urine (urinalisis):
· Warna (N: jernih kekuningan)
· Penampilan (N: jernih)
· Bau (: beraroma)
· pH (N: 4,5-8,0)
· Berat
jenis (N: 1,005-1,030)
· Glukosa (N: negatif)
· Keton (N: negatif)
b. Kultur urine (N: kuman patogen negatif).
B.
Dianognosa
Keperawatan dan Intervensi
a.
Gangguan pola elminasi urine : inkontinensia
Defisinisi
: kondisi
dimana seseorang tidak mampu mengendalikan pengeluran urine.
Kemungkinan
berhubungan dengan :
·
Gangguan neuromuskuler
·
Spasme bladder
·
Trauma pelvic
·
Infeksi saluran kemih
·
Trauma medulla spinalis
Kemungkinan
data yang ditemukan
·
Inkontinensia
·
Keinginan beerkemih yang segera
·
Sering ke toilet
·
Menghindari minum
·
Spasme bladder
·
Setiap berkemih kurang dari 100 ml atau lebih dari 3550 ml
Tujuan
yang diharapkan :
·
Klien dapat mengontrol pengeluaran urine setiap 4 jam
·
Tidak ada tanda – tanda retensi dan inkontinensia urine
·
Klien berkemih dalam keadaan rileks
b.
Retensi urine
Definisi : Kondisi di mana
seseorang mampu mengosongkan bladder secara tuntas.
Kemungkinan berhubungan dengan :
·
Obstruksi mekanik
·
Pembesaran prostat
·
Trauma
·
Pembedahan
·
Kehamilan
Kemungkinan
data yang ditemukan :
·
Tidak tuntasnya pengeluaran urine
·
Distensi bladder
·
Hipertropi prostat
·
Kanker
·
Infeksi saluran kemih
·
Pembedahan besar abdomen
Tujuan
yang diharapkan :
·
Pasien yang mengontrol pengeluran bladder setiap 4 jam
·
Tanda dan gejala retensi urine tidak ada
BAB
III
PENUTUP
Fungsi
masing-masing organ perkemihan
Ø Ginjal
Memegang peranan penting dalam
pengeluaran zat-zat toksis atau racun.
Mempertahankan suasana keseimbangan
cairan.
Mempertahankan keseimbangan kadar asam
dan basa dari cairan tubuh.
Mengeluarkan sisa-sisa metabolisme
akhir dari protein ureum, kreatinin dan amoniak.
DAFTAR
PUSTAKA
Alimul,
A.Aziz.H. 2006. Pengantar Konsep Dasar
Manusia aplikasi Konsep Dasar dan Proses Keperawatan”. Surabaya : Salembang
Medika
Iqbal, Wahid
Mubarok dan Nurul Chayanti. 2007. Buku
“Ajar Kebutuhan Dasar Manusia Teori dan Aplikasi dalam Praktik”. Gresik
Buku Kedokteran.
Tarwoto dan
Wartonah. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia
dan Proses Keperawatan. Jakarta : Selemba Medika.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar