2.1
PRINSIP-
PRINSIP KOMUNIKASI TERAUPETIK (Damaiyanti, 2008)
Prinsip-prinsip komunikasi teraupetik menurut Carl
rogers ( dalam Purwanto 1994 adalah
1. Perawat
harus mengenal dirinya sendiri yang berarti menghayati , memahami dirinya
sendiri serta nilai yang di anut.
2. Komunikasi
harus di tandai dengan sikap saling menerima, saling percaya dan saling
menghargai.
3. Perawat
harus menyadari pentingnya kebutuhan pasien baik fisik maupun mental.
4. Perawat
harus menciptakan suasana yang memungkinkan pasien bebas berkembang tanpa rasa
takut
5. Perawat
harus dapat menciptakan suasana yang memungkinkan pasien memilikimotivasi untuk
mengubah dirinya baik sikap, tingkah lakunya sehingga tumbuh makin matang dan
dapat memecahkan masalah- masalah yang di hadapi
6. Perawat
harus mampu menguasai perasaan diri sendiri secara bertahap untuk mengetahui
dan mengatasi perasaan gembira, sedih, marah, keberhasilan maupun frustasi.
7. Mampu
menentukan batas waktu yang sesuai dan dapat mempertahankan konsistennya
8. Memahami
betul arti empati sebagai tindakan yang terapeutik dan sebaliknya simpati bukan
tindakan terapeutik.
9. Kejujuran
dan komunikasi terbuka merupakan dasar dari hubungan terapeutik
10. Mampu
berperan sebagi role model agar dapat menunjukkan dan meyakinkan orang lain
tentang kesehatan, oleh karena itu perawat perlu mempertahankan suatu keadaan
sehat fisik mental, spiritual, dan gaya hidup
11. Di
sarankan untuk mengekpresikan perasaan bila di anggap mengganggu
12. Altruisme
untuk mendapatkan kepuasaan dengan menolong orang lain secara manusiawi
13.berpegang
pada etika dengan cara berusaha sedapat mungkin untuk mengambil keputusan
berdasarkan prinsip kesejahteraan manusia
Bertanggung
jawab dalam dua dimensi yaitu tanggung jawab terhadap diri sendiri atas
tindakan yang di lakukan dan tanggung jawab terhadap orang lain.
2.1.1
Teknik-
teknik komunikasi terapeutik
Beberapa
teknik komukasi terapeutik menurut wilson dan kneist ( 1992) serta stuart dan
sundeen ( 1998) antara lain
1. Mendengarkan
dengan penuh perhatian.
Dalam hal ini
perawat berusaha mengerti klien dengan cara mendengarkan apa yang di sampaikan
klien . satu- satunya orang yang dapat yang dapat menceritakan kepada perawat
tentang perasaan , pikiran, dan persepsi klien adalah klien sendiri.
Sikap yang di
butuhkan untuk menjadi pendengar yang baik adalah:
Pandangan saat berbicara tidak
menyilangkan kaki dan tangan, hindari tindakan yang tidak perlu, anggukkan
kepala jika klien berbicara hal-hal yang penting atau memerlukan umpan balik,
condongkan tubuh ke arah lawan bicara.
Mendengar pasif
a. Mendengar
pasif
Kegiatan mendengar dengan kegiatan non verbal untuk
klien misalnya denagn kontak mata, menganggukan kepala serta mengikut sertakan
secara verbal
b. Mendengar
aktif
Kegiatan mendengar yang menyediakan pengetahuan
bahwa kita tahu perasaan orang lain dan mengerti mengapa dia merasakan hal itu.
2. Menunjukkan
penerimaan.
Menerima tidak
berarti menyetujui. Menerima berarti bersedia mendengarkan orang lain tanpa
menunjukkan keraguan atau ketidak setujuan. Perawat harus waspada terhadap
ekspresi wajah dan gerakan tubuh yang menyatakan tidak setuju, seperti
mengerutkan kening atau menggelengkan kepala yang menyatakan tidak percaya.
Sikap perawat yang menyatakan penerimaan:
Mendengarkan
tanpa memutuskan pembicaraan, memberikan umpan balik verbal yang menyatakan
pengertian, memastikan bahwa isyarat non verbal
cocok dengan komunikasi verbal, menghindari pedebatan, ekspresi keraguan
atau usaha untuk mengubah pikiran klien.
3. menanyakan
pertanyaan yang berkaitan.
Tujuan perawat bertanya adalah untuk
mendapatkan informasi yang spesifik mengenai apa yang di sampaikan oleh klien.
Oleh karena itu, pertanyaan sebaiknya di kaitkan dengan topik yang di bicarakan
dan gunakan kata- kata yang sesuai ddengan konteks sosial budaya klien
Contoh:
Perawat
: “ tadi anda katakan anda memiliki 3 orang saudara, siapa yang anda rasakan
paling dekat dengan anda?”
4. Pertanyaan
terbuka
Pertanyaan yang tidak memerlukan
jawaban “ ya “ atau “ mungkin”
Tetapi
pertanyaan yang memerlukan jawaban yang luas, sehingga pasien dapat
mengemukakan jawaban yang luas, sehingga pasien dapat mengemukakan
masalahnya,perasaannya dengan kata-kata sendiri, atau dapat memberi informasi
yang di perlukan.
Contoh:
Perawat
: “ coba ibu ceritakan apa yang biasanya di lakukan ibu bila ibu sakit perut?”
atau “ coba ibu ceritakan tentang riwayat sakit ibu?”
5. Mengulang
ucapan klien dengan kata-kata sendiri.
Melalui pengulangan kembali kata-kata
klien , perawat memberikan umpan balik bahwa dia mengerti pesan klien dan berharap
komunikasi di lanjutkan.
contoh:
Klien:
“saya tidak dapat tidur, karna saya terjaga sepanjang malam.”
Perawat:
“ saudara mengalami kesulitan untuk tidur......”
6. Mengklarifikasi.
Terjadi saat perawat berusaha
menjelaskan dengan kata-kata , ide atau pikiran ( implisit maupun eksplisit)
yang tidak jelas di katakan oleh klien. Tujuan dari tyeknik ini adalah untuk
menyamakan pengertian.
Contoh:
Perawat:
“ saya tidak yakin saya mengikuti apa yang anda katakan.” Atau “ apa yang anda
maksudkan dengan...?”
7. Memfokuskan.
Bertujuan untuk membatasi bahan pembicaraan sehingga
percakapan menjadi lebih spesifik dan di mengerti. Hal yang perlu di perhatikan
dalam menggunakan metode ini adalah usahakan untuk tidak memutuskan pembicaraan
ketika klien menyampaikan masalah yang penting.
contoh:
Perawat: “ hal ini tampaknya lebih penting , mari
kita bicarakan lebih dalam lagi. “ atau “ apa yang sudah kita sepakati untuk di
bicarakan.”
8. Menyatakan
hasil observasi.
Memberikan umpan balik pada klien
dengan menyatakan hasil pengamatannya sehingga klien dapat mengetahui apakah
pesannya di terima dengan benar atu tidak. Dalam hal ini perawat menguraikan
kesan yang di timbulkan oleh isyarat non verbal klien. Teknik ini sering
membuat klien berkomunikasi lebih jelas tanpa perawat harus bertanya, memfokuskan dan mengklarifikasi pesan.
Observasi di lakukan sedemikian rupa sehingga klien tidak menjadi malu atau
marah.
Contoh:
Perawat
: “ anda tampak tegang”
“ anda tampak tidak tenang
apabila anda...”
9. Menawarkan
informasi.
Memberikan tambahan informasi
merupakan tindakan penyuluhan kesehatan untuk klien. Perawat tidak di benarkan
memberikan nasehat kepada klien ketika memberikan informasi, karena tujuan dari
tindakan ini adalah memfasilitasi klien untuk mengambik keputusan. Penahanan
informasi saat klien membutuhkan akan mengakibatkan klien menjadi tidak
semangat.
10. Diam
Diam akan memberikan kesempatan pada
perawat dan pasien untuk mengorganisir pikiran.penggunaan metode ini memerlukan
keterampilan dan ketepatan waktu, jika tidak akan menimbulkan perasaan tidak
enak. Diam sangat berguna terutama pada saat klien harus mengambil keputusan.
Diam juga dapat di artikan sebagai mengerti atau marah. Diam di sini juga menunjukkan
kesediaan seseorang untuk menanti orang lain agar punya kesempatan berpikir,
meskipun begitu diam yang tidak tepat dapat mengakibatkan orang lain merasa
cemas.
Contoh:
Klien:
“ saya marah “
Perawat:
“ diam “
Klien
: “istri saya tidak perhatiaan lagi terhadapku”
11. Meringkas
Adalah pengulangan ide utama telah di
komunikasikan secara singkat. Metode ini bermanfaat untuk membantu mengingat
topik yang telah di bahas sebelum meneruskan pembicaraan berikutnya.
Contoh:
Perawat
: “ selam tiga puluh menit ini kita telah membicarakan...”
12. Memberikan
penghargaan.
Penghargaan jangan sampai menjadi
beban untuk klien. Dalam arti jangan sampai klien berusaha keras dan melakukan
segalanya demi untuk mendapatkan pujian atau persetujuan atas perbuatannya.
Contoh:
Perawat:
“ ibu sangat cocok sekali menggunakan gaun berwarna merah ini dan ibu
memakainya dengan rapi sekali.”
13. Menawarkan
diri.
Perawat menyediakan diri tanpa
respon bersarat atau respon yang di harapkan
Contoh:
Perawat : “
saya akan duduk menemuimu selama 15 menit”
14. Memberikan
kesempatan pada klien untuk memulai pembicaraan. Untukberinisiatif dalam
memilih topik pembicaraan.
Contoh:
Perawat:
“ adakah sesuatu yang ingin anda bicarakan ?”
Atau “ apakah yang sedang anda pikirkan”
15. Menganjurkan
untuk meneruskan pembicaraan
Memberikan
kesempatan pada klien untuk mengarahkan seluruh pembicaraan. Tenik ini juga
mengindikasikan bahwa perawat mengikuti apa yang di bicarakan selanjutnya.
Contoh:
Perawat
;” ...terus...” atau “ ....dan kemudian “ atau “. Coba ceritakan kepada saya
tentang hal tersebut”
16. Menempatkan
kejadian secara berurutan.
Kejadian secara teratur akan membantu
perawat dan klien untuk melihatnya dalam suatu perspektif. Kelanjutan dari
suatu kejadian akan menuntut perawat dan klien untuk melihat kejadian
berikutnya yang merupakan akibat dari kejadian sebelumnya dan juga dapat
menemukan pola kesukaran interpersonal.
Contoh
:
Perawat
: “apakah yang terjadi sebelum dan sesudah kejadian tersebut ? “ atau “ kapan kejadian
tersebut terjadi “
17. Memberikan kesempatan kepada klien untuk
menguraikan persepsinya. Apabila perawat ingin mengerti klien, maka ia harus
melihat segala sesuatunya dari perspektif klien. Klien harus merasa bebas untuk
menguraikan persepsinya kepada perawat.
Contoh:
Perawat:”
coba ceritakan kepada saya perasaan saudara saat akan di operasi.”
18. Refleksi
Memberikan kesempatan kepada klien untuk
mengemukakan dan menerima ide dan perasaanya sebagai bagian dari dirinya
sendiri. Dengan demikian perawat mengindikasi bahwa pendapat klien mempunyai
hak untuk mengemukakan pendaptnya.
Contoh
Klien :” apakah menurut anda saya harus
mengatakan kepada dokter?’
Perawat:
“ apakah menurut anda sendiri anda harus mengatakannya?”
19. Assertie
Adalah kemampuan dengan secara menyakinkan dan
nyaman mengekspresikan pikiran dan perasaan diri dengan tetap menghargai orang
lain. Kemampuan assertiv antara lain: berbicara jelas, mampu menghadapi
manipulasi pihak lain tanpa menyakiti hatinya.
Contoh
1:
Pengawas:
“saya telah melihat penampilanmu sebagai perawat baru di sini”
Perawat:”
apa yang telah anda lihat”
Pengawas:
“ saya sering melihat kamu melakukan hal yang salah”
Perawat
: “ dapatkah anda menjelaskan bagaimana cara yang dapat saya lakukan agar saya
tidak melakukan kesalahan lagi”
20. Humor
Dugan
( 1989 ) menyebutkan humor sebagai hal yang penting dalam komunikasi verbal di
karenakan : tertawa mengurangi ketegangan dan rasa sakit akibat stres. Dan
meningkatkan keberhasilan asuhan keperawatan. Sementara sullivan- deane ( 1988)
menyatakan bahwa humor merangsang produksi katekolamin sehingga orang merasa
sehat, dan hal ini akan meningkatkan toleransi nyeri, mengurangi kecemasan
serta memfasilitasi relaksasi dan meningkatkan metabolisme.
Contoh:
Perawat:”
saya anggota PDIP lo, ( penurunan daya ingat progresif)”
2.2
HUBUNGAN TARAPEUTIK
Hubungan
tarapeutik berbeda dengan hubungan di atas di mana perawat memaksimalkan
keterampilan komunikasi, pemahaman tingkah laku manusia dan kekuatan pribadi
untuk meningkatkan pertumbuhan klien.
Perawat
dan klien mengidentifikasi area yang memerlukan eksplorasi dan evaluasi secara
periodik terhadap tingkat perbuatan klien. Peran tidak akan berubah dan
hubungan tetap konsisten berfokus masalah klien.
2.3
TAHAP-TAHAP HUBUNGAN TERAPEUTIK
Dalam iap tahapnya mempunyai tugas
yang harus di selesaikan ( struat dan sundeen, dalam christina dkk.)
2.3.1
Fase
Prainteraksi
Merupakan
masa persiapan sebelum berhubungn dan berkomunikasi dengan klien. Jika saudara
telah siap. Maka akan perlu membuat rencana interaksi dengan klien. 1.Evaluasi
diri
Prosedur pemasangan
infus
Alat dan
bahan
1. Standar infus
2. Set infus
3. Cairan sesuai
program medik
4. Jarum infus
dengan ukuran yang
sesuai
5. Pengalas
6. Torniket
7. Kapas alkohol
8. Plester
9. Gunting
10. Kasa steril
11. Betadin
12. Sarung tangan
13. Membaca
status/ riwayat pasien
2.3.2
Fase
Perkenalan / orientasi
1. Fase
perkenalan
Hal-hal yang perlu di lakukan adalah
a. Memberi
salam
“ assalamualaikum? Selamat pagi/siang/sore/malam
b. Memperkenalkan
diri perawat
“ nama saya indah”
c. Menyapa
pasien dengan namanya
“ siang buk okta?”
d. Menyepakati
pertemuan ( kontrak )
Maaf buk okta sebentar lagi kita akan melakukan pemasangan
infus.
e. Menghadapi
kontrak
Pada
pertemuan awal saudara perlu melengkapi penjelasan identitas saudara sehingga
saat interaksi klien percaya pada saudara.
“saya
perawat yang bekerja di., saya yang akan merawat okta selama 3 hari”
f. Memulai
percakapan awal
Adalah pengkajian keluhan utama atau alasan masuk
rumah sakit. Kemudian di lanjutkan dengan keluhan utama. Jika mungkin
melengkapi format pengkajian proses keperawatan.
“apa
yang terjadi di rumah sampai yanti di bawa ke rumah sakit?”
Apa
yang yanti rasakan?”
g. Menyepakati
masalah klien
Setelah
pengkajian, jika mungkin pada akhir wawancara sepakati masalah atau kebutuhan
klien
Contoh
“dari
percakapan kita tadi tampaknya yanti.” ( sesuai dengan kesimpulan masalah/
kebutuhan yang di miliki klien)
h. Mengakhiri
perkenalan
2.3.3
Fase
Kerja
Merupakan
inti hubungan perawatan klien yang terkait erat dengan pelaksanaan rencana
tindakan keperawatan yang akan di laksanakan sesuai dengan tujuan yang akan di
capai.
Prosedur kerja
1. Jelaskan prosedur
yang akan dilakukan
2. Cuci tangan
3. Hubungkan cairan
dan infus set
dengan memasukkan ke bagian
karet atau akses
seang ke botol infus
4. Isi cairan
ke dalam set infus
dengan menekan ruang tetesan
hingga terisi sebagian
dan buka klem
slang hingga cairan
memenuhi slang dan
udara slang keluar
5. Letakkan pengalas
di bawah tempat
( vena yang akan
dilakukan penginfusan
6. Lakukan pembendungan
denga torniket ( karet
pembendung ) 10 – 12 cm di ats
tempat penusukan dan
anjurka pasien untuk
menggenggam dengan gerakan
sirkular ( bila sadar )
7. Gunakan sarung
tangan steril
8. Desinfeksi daerah
yang akan ditusuk
denagn kapas alkohol
9. Lakukan penusukan
pada vena dengan
meletakkan ibu jari
di bagian bawah vena
dan posisi jarum ( abocath ) mengarah ke atas
10. Perhatikan keluarnya
darah melalui jarum
( abocath / surflo ). Apabila
saat penusukan terjadi
pengeluaran darah melalui
jarum ( abocath / sorflo )maka
tarik keluar bagian
dalam ( jarum sambil
meneruskan tusukan ke dalam
vena
11. Setelah jarum
infus bagian dalam
dilepaskan / keluarkan, tahan
bagian atas vena
dengan menekan menggunakan
jari tangan agar
darah tidak keluar. Kemudian bagian
infus dihubungakan dengan selang
infus
12. Buka pengatur
tetesan dan atur
kecepatan sesuai dengan
dosis yang diberikan
13. Lakukan fiksasi
dengan kasa steril
14. Tuliskan tanggal
dan waktu pemasangan
infus serta catat
ukuran jarum
15. Lepaskan sarung
tangan dan cuci
tangan
16. Catat jenis
cairan, letak infus,
kecepatan aliran, ukuran, dan tipe
jarum infus
2.3.4
Fase
Terminasi
Merupakan akhir dari pertemuan perawat dan klien. Terminasi
di bagi dua.
1. Terminasi
sementara
Akhir dari tiap pertemuan antara
perawat dan klien. Pada determinasi sementara perawat akan bertemu lagi dengan
pasien pada waktu yang telah di tentukan.
Isi
percakapan
a. Evaluasi
akhir
“ apa yang ibuk rasakan? “
b. Tindak
lanjut
“ buk sebentar lagi kita memasang infus”
c. Kontrak
yang akan datang
Waktu
“ buk siang nanti saya akan datang lagi?”
“ buk siang nanti saya akan datang lagi?”
1
|
Tahap
prainteraksi
-
Mempersiapkan mental
-
Mempersiapkan alat
-
membawa alat- alat ke ruang
pasien
-
membaca status/ riwayat pasien
|
2
|
Tahap
orientasi
-
Memberi salam dan tersenyum
-
Memperkenalkan nama perawat
-
menyebutkan nama pasien
-
Menjelaskan tanggung jawab
perawat dan klien
-
Menjelaskan peran perawat dan
klien
-
Menjelaskan kegiatan yang akan di
lakukan
-
Menjelaskan tujuan
|
3
|
Tahap
kerja
-
Memberi kesempatan pada klien
untuk bertanya
-
Menanyakan keluhan utama / keluhan yang
mungkin berkaitan dengan kelancaran pelaksanaan kegiatan.
-
Menjelaskan prosedur yang akan di
lakukan
-
Melakukan kegiatan dengan cara
yang baik
-
Melakukan kegiatan sesuai dengan
rencana
|
4
|
Di
mensi respon/ perilaku non verbal yang perlu di tunjukkan
-
Berhadapan
-
Mempertahankan kontak mata
-
Tersenyum pada saat yang tepat
|
5
|
Tahap
terminasi
-
Menyimpulkan hasil kegiatan :
evaluasi proses dan hasil
-
Merencanakan tindak lanjut dengan
klien.
-
Melakukan kontrak untuk
pertemuaan selanjutnya( waktu, tempat , topik)
-
Mengakhiri kegiatan dengan cara
yang baik
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar