BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Oksigenasi
adalah proses penambahan ke dalam sistem
(kimia atau fisika).
Oksigen () merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat
di butuhkan dalam proses metabolisme sel. Sebagai hasilnya terbentuklah karbon
dioksida, energi dan air, akan tetapi penambahan yang melebihi
batas normal pada tubuh akan memberikan dampak yang cukup bermakna terhadap
aktivitas sel.
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Hidayat (2005) yaitu Pernapasan atau
respirasi adalah proses pertukaran gas antara individu dan lingkungan .fungsi
utama pernapasan adalah untuk memperoleh agar dapat
digunakan oleh sel sel tubuh dan mengeluarkan yang dihasilkan
oleh sel.saat bernapas ,tubuh mengambil dari lingkungan
untuk kemudian diangkut keseluruh tubuh (sel-selnya)melalui darah guna
dilakukan pembakaran .selanjutnya ,sisa pembakaran berupa akan kembali di
angkut oleh darah ke paru paru untuk dibuang ke lingkungan karena tidak
beerguna lagi oleh tubuh.
|
Adapun rumusan masalah
yang penulis buat yaitu:
A.
Mahasiswa tidak mengetahui pengertian
pemberian oksigen?
B.
Mahasiswa tidak mengetahui fungsi
pernapasan?
C.
Mahasiswa tidak mengetahui faktor yang
mempengaruhi pernapasan?
D.
Mahasiswa tidak mengetahui proses
keperawatan dan oksigenisasi?
E.
Mahasiswa tidak mengetahui jenis-jenis
pemeriksaan pada pernapasann?
1.3
Tujuan
Penulisan
Tujuan penulisan dalam pembuatan
makalah ini, yaitu:
A.
Mahasiswa mengetahui pengertian pemberian
oksigen.
B.
Mahasiswa mengetahui fungsi
pernapasan.
C.
Mahasiswa mengetahui faktor yang
mempengaruhi pernapasan.
D.
Mahasiswa mengetahui jenis-jenis
pemeriksaan pada pernapasan.
1.4
Metode
Penulisan
Metode penulisan yang
dilakukan oleh penulis yaitu dengan melakukan study pustaka yang artinya
penulis mengunjungi perpustakaan yang ada diSTIKES Muhammadiyah Palembang. Untuk
mencari berbagai referensi untuk melengkapi data dalam membuat makalah ini.
BAB II
ISI
LANDASAN TEORITIS
2.1 Konsep Dasar
Oksigenasi
2.1.1
Pengertian
Oksigenasi adalah proses penambahan ke dalam sistem
(kimia atau fisika). Oksigen () merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang
sangat di butuhkan dalam proses metabolisme sel.sebagai hasilnya ,terbentuklah
karbon dioksida ,energi dan air .akan tetapi penambahan yang melebihi
batas normal pada tubuh akan memberikan dampak yang cukup bermakna terhadap
aktivitas sel .
Oksigen O2 Adalah salah satu komponen gas dan unsure
vital dalam proses metabolisme untuk mempertahankan
kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh . secara normal elemen ini diproleh dengan cara menghirup O2 ruangan
setiap kali bernafas .(tarwoto, wartonah 2003).
2.1.2
Fungsi pernapasan
Pernapasan atau respirasi adalah proses pertukaran gas
antara individu dan lingkungan .fungsi utama pernapasan adalah untuk memperoleh agar dapat
digunakan oleh sel sel tubuh dan mengeluarkan yang dihasilkan
oleh sel.saat bernapas ,tubuh mengambil dari lingkungan
untuk kemudian diangkut keseluruh tubuh (sel-selnya)melalui darah guna
dilakukan pembakaran .selanjutnya ,sisa pembakaran berupa akan kembali di
angkut oleh darah ke paru paru untuk dibuang ke lingkungan karena tidak
beerguna lagi oleh tubuh.
2.1.3
Kebutuhan oksigen
Kapasitas (daya muat)udara dalam paru paru adalah
4.500-5.000ml (4,5-51) udara yang diproses dalam paru paru hanya sekitar
10%(500ml),yakni yang dihirup (inspirasi)dan yang dihembuskan (ekspirasi)pada
pernapasan biasa.
2.2
Anatomi–fisiologi sistem pernapasan
2.2.1 Struktur sistem pernapasan
A. Sistem pernapasan atas
Sistem pernapsan atas terdiri atas
mulut ,hidung,faring,dan laring:
Ø Hidung ,
pada hidung ,udara yang masuk akan mengalami proses penyaringan ,,humidifikasi,dan
penghangatan .
Ø Faring, faring merupakn
saluran yang terbagi dua untuk udara dan makanan .faring terdiri atas
nasofaring dan orofaring yang kaya akan jaringan limfoid yang berfungsi
menangkap dan memghancurkan kuman pathogen yang masuk bersama udara .
Ø Laring. Laring merupakan
struktur menyerupai tulang rawan yang biasa disebut jakun .selain berperan
dalam menghasilkan suara,laring juga berpungsi mempertahankan kepaten jalan
napas dan melindungi jalan napas bawah dari air dan makanan yang masuk.
B.
Sistem pernapasan bawah
Sistem pernapasan bawah terdiri atas trakea dan paru paru yang dilengkapi
dengan bronkus ,bronkiolus ,alveolus ,jaringan kapiler ,dan membrane pleura:
Ø Trakea.trakea merupakan
pipa membrane yang disokong oleh cincin cincin kartilago yang menghubungkan
laring dengan bronkus utama kanan dan kiri.didalam paru,bbronkus utama terbagi
menjadi bronkus bronkus yang lebih kecil dan berakhir di bronkiolus
terminal.keseluruhan jalan napas tersebut membebtuk pohon bronkus .
Ø Paru.paru paru ada 2 buah
,terletak disebelah kanan dan kiri .masing masing paru trdiri atas beberapa
lobus (paru kanan tiga lobus dan paru kiri dua lobus)dan dipasok oleh satu
bronkus .jaringan paru sendiri terdiri dari atas serangkaian jalan napas yang
bercabang cabang ,yaitu alveoulus ,pembuluh darah paru ,dan jaringan ikat
elastis .permukan luar paru di lapisi oleh kantong tertutup berdinding ganda
yang disebut pleura .peura parietal membatasi toraks dan permukaan diafargma
,sedangkan pleura viseral membatasi permukaan luar paru .di antara kedua
lapisan tersebut terdapat cairan pleura yang berfungsu sebagai pelumas guan
mencegah friksi selama gerakan bernafas.
2.2.2 Fisiologi pernapasan
A. Pernapasan eksternal:
Pernapasan eksternal (pernapasan pulmoner )mengacu
pada keseluruhan proses pertukaran dan antara
lingkungan eksternal dan sel tubuh ,secra umum ,proses ini berlangsung dalam
tiga langkah yakni ventilasi pulmoner pertukaran gas alveolar ,serta transport
oksigen dan karbon dioksida .
- ventilasi pulmoner . saat bernapas ,udara bergantian masuk keluar paru eksternal dan alveoulus .proses ventilasi ini berpengaruh oleh beberapa factor yaitu jalan napas yang bersih ,sistem saraf pusat dan sistem pernapasan yang utuh ,ronga toraks yang mampu mengembang dan berkontraksi dengan baik ,serta komplians paru yang adekuat .
- pertuakaran gas alveolar .setelah oksigen memasuki alveolus ke pembuluh darah pulmoner.difusi adalah pergerakan molekul dari area berkonsentrasi atau bertekanan rendah .proses ini berlangsung di alveolus dan membrane kapiler dan dipengaruhi oleh ketebalan membrane setra perbedaan tekanan gas .
- transport oksigen dan karbon dioksida .tahap ketiga pada oroses pernapasan adalah transport gas gas pernapasan .pada proses ini ,oksigen di angkut dari paru menuju jaringan kembali menuju paru .
- tranver proses ini berlangsung pada sistem jantung dan paru-paru normalnya sebagian besar oksigen 97% berikatan lemah dengan hemoglobin dan di angkut keseluruh jaringan dalam bentuk oksihemoglobin () dan sisanya terlarut dalam pelasma.proses ini di pengaruhi oleh pentilasi(jumlah yang masuk dalam paru)dan perpusi(aliran darah ke paru dan jaringan).kapasitas darah yang menbawa oksigen di pengaruhioleh jumlah dalam plasma,jumlah hemoglobin(Hb)dan ikatan Hb
- transver karbondioksida sebagai hasil metabolisme sel terus menerus di produksi dan di angkut menuju paru dalam 3 cara;(1) sebagian besar karbondioksida (70%) diangkut dalam sel darah merah dalam bentuk bikarbonat.(2) sebanyak (23%)karbondioksida berikatan dengan hemoglobin membentuk karbaminohemoglobin.(3)sebanyak(7%)diangkut dalam bentuk larutan di dalam plasma dan dan dalam bentuk asam karbonat
B. Pernapasan internal
pernapasan internal (pernapasan jaringan)mengacu
pada proses meatbolisme intra sel yang berlangsung dalam mitokondria yang
menggunakan dan
menghasilkan selama
proses penyerapan inergi molekul nutrient.pada proses ini darah yang banyak
mengandung oksigen di bawa ke seluruh tubuh hinga mencapai kapiler sistemik
.selanjutnya menjadi pertukaran dan antar kapiler
sistematik dan sel jaringan .seperti di kapiler paru,pertukaran ini juga
melalui proses difusi pasif mengikuti penurunan gradient tekanan parsial.
2.2.3 Fisiologi kardiovaskuler
fungsi sistem jantung ialah mengantarkan oksigen,nutrient
dan substansi lain ke jaringan dan membuang produk metabolisme selular melalui
pompa jantung. Sistem paskuler sirkulasi dan integrasi sistem lainnya.
(misalnya. Sistem pernapasn, pencernaan, dan ginjal). (mccance dan
huether,1994)
A. Struktur dan fungsi
pentrikel kanan memompa darah melalui sirkulasi
pulmonary,sedangkan pentrikel kiri memompa darah ke sirkulasi sistematik yang
menyediakan oksigen dan nutrien ke jaringan dan membuang sampah dari
tubuh.siste sirkulasi men suplai gas pernapasan nutrient dan produk sampah
antara darah dan jaringan.
B. Pompa miokard
- kerja pompa jantung sangat penting untuk mempertahankan aliran oksigen.efektipitas pompa yang menurun seperti yang terjadi pada penyakit arteri koroner(coronary arteri disease,CAD) dan kondisi kardiomiopati menyebabkan volume curah jantung menurun,volume darah yang dikeluarkan dari penntrikel menurun.pendarahan dan dehidrasi menurunkan keefektipan pompa dengan menurunkan volume darah yang bersikulasi sehingga menurunkan jumlah darah yang dikeluarkan dari pentrikel.
- Serabut otot jantung (miokard) memiliki kontraktil yang memungkinkan akan merenggang selama proses pengisian darah.pada jantung yang sehat,regangan ini secara proposional berhubungan dengan kekuatan kontraksi. Saat miokard merenggang maka kekuatan kontraksi berikutnya akan meningkat.peristiwa ini dikenal dengan hukum jantung frank-starling (starling).
C. Aliran
darah miokard
Untuk mempertahankan aliran darah yang adekuat kesirkulasi pulmonary dan
sirkulasi sistemik maka aliran darah miokard harus menyuplai oksigen dan
nutrient yang cukup untuk miokardium itu sendiri.aliran darah satu arah melalui
jantung dipastikan oleh 4 katup jantung.selam adiastol pentrikular, katup atrio
penntrikular (mitral dan trikuspit) terbuka dan darah mengalir dari atrium
dengan tekanan yang lebih tinggi kedalam pentrikel yang relaksasi.
D. Sirkulasi
arteri koroner
Aliran darah melalui atrium dan ventrikel tidak menyulai oksigen dan
nutrient untuk miokardium itu sendiri.sirkulasi koroner merupakan cabang
sirkulasi sistemik yang menyuuplai oksigen dan nutrien ke miokardium dan
membuang sampah dari miokardium.arteri inin muncul dari aorta tepat diatas dan
dibelakang katup aorta melalui muara, yang disebut ostium koroner.
E. Sirkulasi sistematik
Arteri dan vena sirkulasi sistematik mengantarkan
nutrien dan oksigen ke jaringan dan membuang sampah dari jaringan. Darah yang
mengandung oksigen mengalir dari ventrikel kiri melalui aorta dan kedalam
sistematik yang besar. Arteri ini bercabang ke dalam arteri-arteri yang lebih
kecil, arteriol, dan akhirnya kedalam pembuluh darah yang kecil, yang disebut
kapiler. Di tingkat kapiler terjadi pertukaran gaspernapasan, nutrient dan
sampah serta jaringan dioksigenasi. Produk sampah yang keluar dari jaringan kapiler
melalui venula yang bergabung membentuk vena.
Vena-vena ini membentuk vena yang lebih besar, yang membawa darah yang
tidak mengandung oksigen ke sisi kanan jantung, tempat darah itu dikembalikan
ke sirkulasi pulmonary.
F. Pengaturan
Aliran Darah
Jumlah darah yang dipompa keluar dari ventrikel kiri setiap menit disebut
curah jantung. Curah jantung normal adalah 4 sampai 6 liter per menit pada
orang dewasa yang sehat dengan berat badan 70 kg saat beristrahat. Volume darah
yang bersirkulasi berubah sesuai kebutuhan oksigen dan metabolic tubuh.
Misalnya, selama latihan, kehamilan, dan demam, curah jantung meningkat, tetapi
selama tidur curah jantung menurun. Curah jantung disajikan dengan rumus
berikut:
Curah jantung
( CJ ) = volume sekuncup (Vs) x frekuensi denyut jantung (FDJ).
Curah jantung
pada lansia dapat dipengaruhi tegangan dinding arteri yang meningkat dan
hipertrofi miokard yang sedang akibat peningkatan tekanan darah sistolik.
2.3 Faktor-faktor
yang mempengaruhi fungsi pernapasan
2.3.1 Faktor Fisiologis
Gangguan pada fungsi fisiologis akan berpengaruh
terhadap kebutuhan oksigen seseorang. Kondisi ini lambat laun dapat mempengaruhi fungsi
pernapasannya:
·
Penurunan kapasitas angkut secara
fisiologis, daya angkut hemoglobin untuk membawa kejaringan
adalah 97%. Akan tetapi, nilai tersebut dapat berubah sewaktu-waktu apabila
terdapat gangguan pada tubuh. Misalnya pada penderita anemia atau pada
saat terpapar zat beracun. Kondisi tersebut dapat mengakibatkan penurunan kapasitas
pengikatan .
·
konsentrasi
Inspirasi. Kondisi ini
dapat terjadi akibat penggunaanalat Penurunan terapi pernafasan dan penurunan
kadar lingkungan.
·
Hipovolemia.
Kondisi ini disebabkan oleh penurunan volume sirkulasi darah akibat
kehilangan cairan ekstraseluler yang berlebihan (misl,pada penderita syok atau
dehidrasi berat).
·
Peningkatan
laju metabolic. Kondisi ini dapat terjadi pada kasus infeksi dan
demam yang terus menerus mengakibatkan laju metabolic. Akibatnya tubuh
memecahkan persediaan protein dan menyebabkan penurunan masa otot.
·
Kondisi
lainnya. Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dada seperti
kehamilan, obesitas, abnormalitas, musculoskeletal (misl, micusekscapatum, dan
kiposis), trauma, penyakit otot, penyekit susunan syaraf, gangguan syaraf
pusat, dan penyakit kronis.
2.3.2 Status kesehatan
pada orang kesehatan yang sehat ,sistem pernapasan dapat
menyediakan kadar oksigen yang cukup
untuk memenuhi kebutuhan tubuh .akan tetapi,pade kondisi sakit tertentu ,proses
oksigenasi tersebut dapat terhambat sehingga mengangu pemenuhan kebutuhan
oksigen .kondisi tersebut antara lain ganguan pada sistem pernapasan dan
kardiovaskuler ,penyakit kronis ,penyakit obsturksi pernapasan atas, dll.
2.3.3 Perkembangan
Tingkat perkembnagn menjadi salah satu factor penting yang memengaruhi
sistem pernapsan individu:
- Bayi prematur .bayi yang lahir premature berisiko menderita penyakit membrane hialin yang di tandai dengan berkembangnya membrane serupa hialin yang membatasi ujung saluran pernapasan .
- Bayi dan anak anak .kelompok usia ini berisiko mengalami infeksi saluran napas atas ,seperti faringitis ,influenza ,tonsillitis,dan aspirasi benda asing
- Anak usia sekolah dan remaja .kelompok usia ini berisiko mengalami infeksi saluran nafas akut akibat kebiasaan buruk ,seperti merokok.
- Dewasa muda dan paruh baya .kondisi sters,kebiasaan merokok ,diet yang tidak sehat ,kurang berolahraga merupakan factor yang dapat meningkatkan resiko penyakit jantung dan paru pada kelompok usia ini.
- Lansia.proses penuaan yang terjadi pada lansia menyebabkan perubahan pada fungsi normal pernapasan ,seperti penurunan elastisitas paru,pelebaran alveolus ,dilatasi saluran bronkus dan kifosis tulang belakang yang menghambat ekspansi paru sehingga berpengaruh pada penurunan kadar o2
2.3.4 FaKtor perilaku
Perilaku seharian dapat berpengaruh terhadap fungsi pernapasanya.status
nutrisi,gaya
hidup,kebiasaan berolahraga ,kondisi emosional,dan pengunaan kebutuhan oksigen
tubuh.
v Nutrisi.kondisi berat
badan berlebihan (obesitas)dapat menghambat ekspansi paru,sedangkan malnutrisi
berat dapat mengakibatkan pelisutan otot pernapasan yang akan mengurangi
kekuatan kerja pernapasan .
v Olah raga.latihan fisik
akan meningkatkan aktivitas metabolic,denyut jantung ,dan kedalam serta
frekuensi pernapasan yang akan meningkatkan kebutuhan oksigen .
v
Ketergantungan zat adiktif .pengunaan
alcohol dan obat obatan yang berlebihan dapat mengangu proses oksigenasi .hal
ini terjadi karena :
1. alcohol
dan obat obatan dapat menekan pusat pernapasan dan susunan saraf pusat sehingga
mengakibatkan penurunan laju dan kedalaman pernapasan .
2. pengunaan
narkotika dan analgesic ,terutama morfin dan mrperidin ,dapat mendepresi pusat
pernapasan sehingga menurunkan laju dan kedalaman pernapasan .
v
emosi.perasaan takut ,cemas dan marah
yang tidak terkontrol akaan merangsang aktivitas saraf simpatis .kondisi ini
menyebabkan peningkatan denyut jantung dan frekensi pernapasan sehingga
kebutuhan oksigen meningkat .
v
gaya hidup .kebiasaan merokok dapat
mempengaruhi pemunuhan kebutuhan oksigen seseorang .merokok dapat menyebabkan
gangguan vaskularisasi perifer dan penyakit jantung .
2.3.5 Lingkungan
kondisi lingkungan ,seperti ketinggian ,suhu,serta
polusi udara dapat memengaruhi proses oksigenasi:
ü
suhu.faktor suhu (panas atau
dingin)dapat berpengaruh terhadap afinitas atau kekuatan ikatan hb dan
o2.dengan kata lain ,suhu lingkungan juga bias memengaruhi kebutuhan oksigen
seseorang .
ü
ketinggian.pada dataran yang tinggi akan
terjadi penurunaan pada tekanan udara sehingga tekanan oksigen juga ikut turun
.akibatnya,orang yang tinggal di datran yang tinggi cenderung mengalami
peningkatan frekuensi pernapasan dan denyut jantung.
ü
Polusi .polusi udara seperti asap atau
debu sering kali menyebabkan sakit kepal,pusing ,batuk, tersedak,dan berbagai
ganguan pernapasan lain pada orang yang menghisapnya .
2.4 Ganguan pada fungsi pernapasan
2.4.1 Perubahan pola pernapasan
Perubahan pola pernapasan yang umum terjadi adalah
takipnea,bradipnea,napas kussmaul,hipoventilasi,dispnea dan orthopnea:
- Takipnea:prekuensi pernapasan yang cepat.
- Bradipnea:frekuensi pernapasan yang lambat dan abnormal .
- Apnea:henti napas
- Hiperventilasi:peningkatan jumlah udara yang memasuki paru .
- Hipoventilasi:penurunan jumlah udara yang memasuki paru paru
- Pernapasan kussmaul:salah satu jenis hiperventilasi yang menyertai asidosis metabolic.
- Orthopnea :ketidakmapuan untuk bernapas ,kecuali dalam posisi tegak atau berdiri
- Dispnea:kesulitan atau ketidaknyamanaan saat bernapas .
2.4.2 Hipoksia
Hipoksia adalah kondisi ketika kadr oksigen dalam
tubuh (sel) tidak adekuat akibat kurangnya penggunaan atau peningkataan o2 pada
tinggakt sel.kondisi ini ditandai dengan kelehan,kecemasan ,pusing,penurunaan
tingkat kesadaran ,penurunan kosentrasi, kelemahan, peningkatan tanda tanda
vital distritmia, pucat, soanosis, clubbing, dan dispnea.
2.4.3 Obstruksi jalan napaas
Obstruksi jalan napas ,baik total maupunsebagian
,dapat terjadi disluruh tempat di sepanjang jalan napa atas atau naps bawh
.obstruksi pada jalan naps atas(hidung,faring,laring)dapat disebabkan benda
asing seperti, makanan akumulasi secret, atau oleh lidah yang menyumbat
orofaring pada orang yang tidak sadar.
2.5.3 PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan
fisik di lakukan untuk mengkaji tingkat oksigenesi jaringan klien yang meliputi
evaluasi keseluruhan sistem
kardiopulmonar. Teknik inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi digunakan
dalam pemeriksaan fisik ini.
A. INSPEKSI
Saat
melakukan teknik inspeksi, perawat melakukan observasi dari kepala sampai ke
ujung kaki klien untuk mengkaji kulit dan warna membran mukosa, penampilan
umum, tingkat kesadaran, keadekuatan sirkulasi sistemik, pola pernapasan dan
gerakan dinding dada. Setiap kelainan harus diperiksa selama palpasi, perkusi,
dan auskultasi.
B. PALPASI
Palpasi
dada dilakukan untuk mengkaji beberapa daerah. Dengan palpasi, jenis dan
jumblah kerja thoraks, daerah nyeri tekan dapat diketahui dan perawat dapat
mengindentifikasi taktil fremitus, getaran pada dada ( thrill ), angkatan dada (heaves
), dan titik impuls jantung maksimal.
C. PERRKUSI
Adalah
tindakan mengetuk-ngetuk suatu objek untuk menentukan adanya udara. Cairan,
atau benda padat di jarinagan yang berada di bawah objek tersebut ( Malasanos,
Barkaukas, dan Stoltenberg-Allen, 1190 ). Perkusi menimbulkan getaran dari
daerah di bawah area yang di ketuk dengan kedalaman 4 sampai 6 cm (seidel dkk: 1995 ). Lima nada
perkusi adalah resonansi, hiperesonansi, redup, datar, dan timpani.
D. AUSKULTASI
Penggunaan
auskultasi memampukan perawat mengidentifikasi bunyi paru dan jantung yang
normal maupun tidak normal.Auskultasi sistem kardiovaskular harus meliputi
pengkjian, dalam mendeteksi bunyi s dan s normal, mendeteksi adanya bunyi s dan
s yang tidak normal, dan bunyi murmur, serta bunyi gesekan.Auskultasi bunyi
paru di lakukan dengan mendengarkan gerakan udara di sepanjang lapangan paru:
anterior, posterior, dan lateral. Suara napas tambahan terdengar, jika suatu
daerah paru mengalami kolaps, terdapat cairan di suatu lapangan paru atau
terjadi obstruksi.
2.5.4 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaa untuk menentukan keadekuatan sistem
konduksi jantung.
Pemeriksaan yang di lakukan untuk menentukan konduksi jantung mencakup
pemeriksaan dengan menggunakan elektrokardiogram, monitor holter, pemeriksaan stres
latihan. Dan pemeriksaan elektrofisiolgi.
Monitor
holter. Monitor holter
merupakan peralatan yang dapat di bawa ( portabel ) dan berfungsi merekam
aktivitas listrik jantung dan menghasilkan EKG yang terus-menerus selama
periode tertentu. Misalnya selama 12 jam atau lebih lama. Monitor holter memungkinkan klien untuk tetap
melakukan aktivitas listrik jantung mereka di rekam.
Elektrokardiogram
.elektrokardiogram ( EKG ) menghasilkan rekaman grafik aktivitas listrik
jantung, mendeteksi transmisi impuls dan posisi listrik jantung ( aksis jantung
).
Pemeriksaan
stres latihan ,pemeriksaam
stres latihan digunakan untuk mengevaluasi respon jantung terhadap stres
fisik.pemeriksaan ini memberikan informasi tentang respons miokard terhadap
peningkatan kebutuhan oksigen dan menentukan keadekuatan aliran darah koroner.
Dan waktu penyembuhan jantung di cerminkan di hasil EKG ( Canobbia, 1990 ).
Pemeriksaan
elektrofisiologis . pemeriksaan elektrofisiologis ( PEF ), merupakan
pengukuran invasif aktivitas listrik kateter elektroda diinsersi ke dalam
atrium kanan, biasanya melalui vena femoral.stimulasi listrik kemudian di
hantarkan melalui kateter sementara monitor dan komputer EKG merekam respon listrik jantung terhadap stimulus.
Pemeriksaan untuk menentukan kontraksi Miokrad dan
Aliran darah . ekokardiografi
, skintigrafi, kateterisasi, dan angiogrfi digunakan untuk menentukan kontraksi miokrad dan aliran darah.
Ekokardiografi
. ekokardiografi
merupakan pengukuran moninvasif untuk mngevaluasi struktur internal jantung dan
gerakan dinding jantung. Ekokardiogram secara grafik mendemotrasikan
keseluruhan tampilan jantng.
Skintingrafi
. skintingrafi atau
angiografi radionuklida merupakan tehnik moninvasif yang menggunakan radio
isotop untuk mngevaluasi struktur jantung , perfusi miokrad, dan kontraktilitas
( Canobbio, 1990 ).
Kateterisasi
jantung dan angiografi. Kateterisasi jantung dan angiografi
adalah prosedur invasif yang di gunakan untuk memvisualisasi ruang-ruang
jantung, katup, pembuluh-pembuluh darah besar, dan arteri koroner, serta
mengukur tekanan dan volume di dalam empat ruang. Katetersi jantung, yang
dilakukan untuk tujuan diagnostik, biasany dilakukan sebagai tindakan rawat
jalan. Klien dapat pulang hanya dalam waktu 6 sampai 8
jam setelah prosedur. Komplikasi
yang berhubungan dengan prosedur jantung meliputi distimia, perdarahan pada
lokasi pungsi, hematoma, dan stroke.
Pemeriksaan
untuk Mengukur Keadekuatan Ventilasi dan Oksigen. Pemeriksaan fungsi paru, kecepatan aliran
ekspirasi puncak, pemeriksaan gas darah arteri, oksimetri, dan hitung darah
lengkap digunakan untuk mengkaji keadekuatan ventilasi dan oksigenasi.
Pemeriksaan
fungsi paru, pemeriksaan paru menentukan
kemampuan paru paru untuk melakukan pertukaran oksigen dan karbon dioksida
secara efisien. Pemeriksaan fungsi paru biasanya dilakukan di laboraterium
fungsi pulmonar. Sebuah klip hidung mencegah klien menghirup udara atau
mengeluarkan udara melalui hidung. Klien bernapas
melalui masker mulut yg di hubungkan ke spirometer, yang berfungsi untuk
mengukur volume paru.
Kecepatan aliran ekspirasi
puncak, kecepatan aliran ekspirasi puncak ( peak expyratory flow rate [ PEFR ] )adalah titik aliran tertinggi
yang di capai selama ekspirasi maksimal dan titik ini mencerminkan terjadinya
perubahan ukuran jalan napas menjadi besar. Meter aliran ekspirasi puncak merupakan alat yang di pegang tangan
sehingga memungkinkan klien asma mengikuti sejauh mana jalan napas terbuka.
Kerja sama klien sangat penting untuk memastikan hasil yang akurat.
Pemeriksaan gas darah
arteri . pengukuran gas darah arteri di lakukan bersamaan dengan pemeriksaan
fungsi paru untuk menentukan kosentrasi ion hidrogen. Tekana parsial oksigen dan karbon di oksida, dan
saturasi oksihemoglobin.
Oksimetri
. pengukuran saturasi
oksigen kapiler yang kontinu dapat dilakukan dengan menggunakan oksimetri
kutneus . saluran oksigen ( O2 sat ) adalah
persantesa hemaglobin yang di saturasi oksigen. Ke untungan pengukuran
oksimetri transkutaneus meliputi mudah
di lakukan, tidak invasif, dan dengan mudah diperoleh ( Whitney, 1990 ).
Oksimetri yang paling umum digunakan adalah oksimeter nadi. Tipe oksimeter ini
melaporkan amplitudo nadi dengan data saturasi oksigen. Nasal probe ( Ahrens dan
Rutherford , 1993 ).
Pemeriksaa
untuk Mengevaluasi struktur sistem
pernapasan.
Pemeriksaan –x pada dada, bronkoskopi,
dan pemindahan paru digunakan untuk memvisuali, sasi struktur sistem
pernapasan.
Bronkoskopi
. bronkoskopi adalah
pemeriksaan visual pada pohon trakeobronkial melalui brokoskopi dilakukan untuk
memperoleh sampel biopsil dan bronkoskop
serat optik yang flaksibel, dan sempit.
Bronkoskopi di lakukan untuk memperoleh sampel biopsis dan cairan atau
benda asing yang menghambat jalan napas.
2.5.4 DIAGNOSA KEPERAWATAN
Setiap
diagnosa keperawatan harus di dasarkan pada batasan karakterestik dan
melibatkan etiologai terkait. Label dianostik di validasi dengan menggunakan
batasan karekteristik atau tanda dan gejala.
2.5.5 PERENCANAAN
Rencana tersebut meliputi satu
atau lebih sasaran yang berpusat pada klien berikut ini:
1, klien mempertahankan
kepatenan jalan napas.
2. klien mempertahankan dan
meningkatkan ekspansi paru.
3. klien mengeluarkan sekresi
paru.
4. klien mencapai peningkatan
toleransi aktivitas.
5. oksigenasi jaringan
dipertahan kan atau ditingkatkan.
6. fungsi kardiopulmonar klien
diperbaiki dan dipertahankan.
2.5.6
INHALASI
Inhalasi
ialah menghirup udara tanpa obat/ uap dengan obat melalui saluran pernapasan
bagian atas. Ujuan inhalasi adalah mengobati peradangan saluran pernapasan
bagian atas, lender menjadi encer dan mudah keluar , selaput lender menjadi
kurang. Inhalasi ada 2 macam yaitu inhalasi uap dan inhalasi zat asam( oksigen
)
Petunjuk:
•
Baca dan pelajari lembar kerja
•
Siapkan alat-alat yang dibutuhkan dan disusun secara
orgonomis
•
Ikuti
petujuk yang ada pada job sheet
•
Bekerja secara hati-hati dan teliti
Keselamatan kerja
•
Patuhi
prosedur pekerjaan
•
Bertindak
hati-hati pada saat melakukan tindakan
•
Letakan peralatan pada tempat yang terjangkau dan
sistematis oleh petugas
•
Air
panas jangan sampai tertumpah ke pasien
•
Pasien harus ditunggui dan di awasi selama perasat.
Peralatan
dan perlengkapan ( inhalansi uap atau dengan obat )
•
Waskom
berisi air mendidih
•
Obat
bila di perlukan
•
Handuk
dua lembar
•
Bengkok
•
Peniti/
penjepitan pakaian
•
Paselin
dengan sudip
•
Kain
kassa
•
Kain
pengalas untuk baskom air panas
•
Alat
tulis/ catatan
Prosedur pelaksanaan
•
Beri tahu pasien tindakan yang akan dilakukan
•
Pasang
sampiran
•
Siapkan
alat secara argomis
•
Atur posisi pasien, duduk dengan kaki menjuntai disisi
tempat tidur, posisi duduk dengan kaki menjuntai disisi tempat tidur
•
Tempatkan
meja di depan pasien
•
Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, keringkan
dengan handuk bersih
•
Oleskan
vaselin disekitar mulut dan hidung pasien dengan vaselin
•
Pasang handuk di daerah dada dan penitikan di punggung
•
Letakan Waskom berisi air mendidih diatas meja pasien
yang sudah diberi alas
•
Masukkan
obat yang sudah ditentukan ke dalam Waskom
•
Menutup
Waskom dengan handuk sedemikian rupa, sehingga menyerupai corong
•
Hadapkan
mulut dan hidung pasien ke Waskom, dan anjurkan untuk menghirup uap selama kurang
lebih 10-15
•
Bersihkan
perlahan-lahan daerah sekitar mulut dan hidung, bila sudah selesai
•
Rapikan
pasien, bersihkan alat
•
Cuci tangan dengan sabun dan air yang mengalir ,
keringkan dengan handuk bersih
•
Dokumentasikan
tindakan yang telah dilakaukan.
ASUHAN
KEPERAWATAN KLIEN DENGAN
MASALAH
OKSIGENASI
A. Pengkajian
Pengkajian keperawatan untuk status oksigenasi
meliputi riwayat keperawatan, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan diagnostik.
B. Riwayat Keperawatan
Riwayat keperawatan untuk status oksigenasi
meliputi pengkajian tentang masalah pernapasan dulu dan sekarang; gaya hidup,
adanya batuk, sputum, nyeri, medikasi, dan adanya faktor resiko untuk gangguan
status oksigenasi.
1.
Masalah
pada pernapasan (dulu dan sekarang)
2.
Riwayat penyakit atau masalah
pernapasan
(a)
Nyeri
(b)
Paparan lingkungan atau
geografi
(c)
Batuk
(d)
Bunyi napas mengi
(e)
Faktor risiko penyakit paru
(mis,, perokok aktif/pasif)
(f)
Frekuensi infeksi pernapasan
(g)
Masalah penyakit paru masa lalu
(h)
Penggunaan obat
3.
Adanya batuk dan penanganan
4.
Kebiasaan merokok
5.
Masalah
pada fungsi sistem kardiovaskular (kelemahan, dispnea)
6.
Faktor risiko yang memperberat
masalah oksigenisasi
(a) Riwayat hipertensi,
penyakit jantung, atau penyakit CVA
(b) Merokok
(c) Usia paruh baya atau lanjut
(d) Obesitas
(e) Diet tinggi-lemak
(f) Peningkatan kolesterol
7. Riwayat penggunaan medikasi
8. Shesor yang dialami
9. Status atau kondisi kesehatan
Pemeriksaan Fisik
Untuk menilai status oksigenasi klien,
perawat menggunakan keempat teknik pemeriksaan fisik, yaitu inspeksi, palpasi,
auskultasi, dan perkusi.
1.
Inspeksi. Pada saat inspeksi perawat mengamati tingkat
kesadaran klien, penampilan umum, postur tubuh, kondisi kulit dan membran
mukosa, dada (kontur rongga interkosta; diameter anteroposterior (AP); struktur
toraks; pergerakan dinding dada), pola napas (frekuensi cian kedalaman
pernapasan; durasi inspirasi dan ekspirasi), ekspansi dada secara umum, adanya
sianosis, adanya deformitas dan jaringan perut pada dada, dll.
2.
Palpasi. Palpasi dilakukan dengan meletakkan tumit tangan
pemeriksa mendatar di atas dada pasien. Saat palpasi, perawat menilai adanya
fremitus taktil pada dada dan punggung pasien dengan memintanya menyebutkan
“tujuh-tujuh” secara berulang. Jika pasien mengikuti instiuksi tersebut secara
tepat, perawat akan merasakan adanya getaran pada telapak tangannya. Normalnya,
fremitus taktil akan terasa pada individu yang sehat, dan akan meningkat pada
kondisi konsoridasi. Selain itu, patpasi juga dilakukan untuk mengkaji
temperatur kulit, pengembangan dada, adanya nyeri tekan, thrill, titik impuls maksimum, abnormaritas massa dan kelenjar,
sirkulasi perifer, denyut nadi, pengisian kapiler, dll.
3.
Perkusi. Secara umum, perkusi dilakukan untuk menentukan
ukuran dan bentuk organ dalam serta untuk mengkaji adanya abnormalitas, cairan,
atau udara di dalam paru. Perkusi sendiri dilakukan dengan menekankan jari
tengah (tangan non-dominan) pemeriksa mendatar di atas dada pasien. Kemudian
jari tersebut diketuk-ketuk dengan menggunakan ujung jari tengah atau jari
telunjuk tangan sebelahnya. Normalnya, dada menghasilkan bunyi resonan atau
gaung perkusi. Pada penyakit tertentu (mis. Pneumotoraks, emfisema), adanya
udara pada dada atau paru-paru menimbulkan bunyi hipersonan alau bunyi drum.
Sedangkan bunyi pekak atau kempis terdengar apabila perkusi dilakukan di atas
area yang mengalami atelektasis.
4.
Auskultasi. Auskultasi adalah proses mendengarkan suara yang
dihasilkan di dalam tubuh. Auskultasi dapat dilakukan langsung atau dengan
menggunakan stetoskop. Bunyi yang terdengar digambarkan berdasarkan nada,
intensitas, durasi, dan kualitasnya. Untuk mendapatkan hasil yang lebih valid
dan akurat, auskultasi sebaiknya dilakukan lebih dari satu kali. Pada
pemeriksaan fisik paru, auskultasi diiakukan untuk mendengarkan bunyi napas
vesikular, bronkial, bronkovesikular, rales, ronkhi, juga untuk mengetahui
adanya perubahan bunyi napas serta lokasi dan waktu terjadinya.
Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik dilakukan untuk mengkaji
status, fungsi, dan oksigenasi pernapasan pasien. Beberapa
jenis pemeriksaan diagnostik antara lain:
·
Penilaian
ventilasi dan oksigenasi: uji fungsi paru, pemeriksaan gas darah arteri,
oksimetri, pemeriksaan darah lengkap, dll.
·
Tes
struktur sistem pernapasan: sinar-x dada, bronkoskopi, scan paru.
·
Deteksi
abnormalitas sel dan infeksi saluran pernapasan: kultur kerongkongan, sputum,
uji kulit, torakentesis.
Penetapan Diagnosis
Menurut NANDA (2003), diagnosis keperawatan utama
untuk klien dengan masalah oksigenasi adalah:
·
Ketidak efektifan bersihan
jalan napas
·
Ketidak efektifan pola napas
·
Gangguan pertukaran gas
·
Intoleransi aktivitas
C. Perencanaan dan
Implementasi
Menurut NANDA (2003), diagnosis keperawatan untuk
klien dengan masalah, oksigenasi meliputi Ketidakefektifan
bersihan jalan napas, Ketidakefektifan pola napas, Gangguan pertukaran gas, dan Intoleransi aktivitas. Akan tetapi, pada
pembahasan kali ini akan akan diuraikan dua dianosis umum, yaitu Ketidakefektifan bersihan jalan napas dan
Ketidakefektifan pola napas.
Secara umum, tujuan asuhan keperawatan untuk klien
dengan masalah oksigenasi adalah untuk mempertahankan kepatenan jalan napas,
meningkatan kenyamanan dan kemudahan saat bernapas, mempertahankan dan
meningkat kemampuan ventilasi dan oksigenasi paru, rneningkatkan kemampuan
untuk berpartisipasi dalam aktivitas fisik, serta mencegah berbagai risiko yang
terkait dengan masalah oksigenasi (mis., kerusakan jaringan, gangguan
keseimbangan asam basa,sinkope, dll)
1. Ketidakefektifan bersihan
jalan napas
Yang berhubungan dengan:
Y
Sekret
yang berlebihan dan kental, sekunder akibat (infeksi, inflamasi, alergi, merokok,
penyakit jantung atau paru)
Y
Imobilitas,
stasis sekret, danbatuk tak-efektif, sekunder akibat (penyakit pada SSP;
depresi SSP/trauma kepala; cedera serebrovaskular)
Y
Supresi refleks batu, sekunder
akibat (sebutkan)
Y
Efek trakeostomi (perubahan
sekret)
Y
Imobilitas,
sekunder akibat (pembedahan atau trauma; nyeri, ansietas, kelemahan; gangguan
persepsi / kognitif)
Y
Kelemaban yang sangat tinggi
atau sangat rendah
Y
Terpajan udara dingin, tertawa,
menangis, alergen, merokok
Kriteria
hasil
Individu
tidak akan mengalami aspirasi
Indikator
Y
Memperlihatkan upaya batuk yang
efektif dan peningkatan pertukaran gas
Y
Menjelaskan rasional intervensi
untuk meningkatkan batuk
Intervensi Umum
Mandiri
Y Kaji faktor penyebab (mis., batuk tidak efektif, nyeri, sekret yang kental,
kelemahan, dll).
Y Kurangi atau hilangkan faktor penyebabnya.
Y Ajarkan klien tentang metode batuk efektif yang benar.
- Bernapas yang dalam dan pelan sambil meninggikan badan setinggi mungkin.
- Gunakan pernapasan diafragma.
- Tahan napas selama 3-5 detik dan kemudian dengan perlahan keluarkan
melalui mulut semaksimal mungkin (tulang rusuk bawah dan abdomen harus cekung
ke dalam).
- Ambil napas kedua kali, tahan, keluarkan perlahan, dan batukkan dengan
kekuatan penuh dari dada (bukan dari belakang mulut atau tenggorokan), lakukan
batuk pendek yang kuat sebanyak dua kali.
Y
Lakukan
fisioterapi dada dan drainase postural sesuai kebutuhan.
Y
Jika
ada nyeri, berikan obat pereda nyeri sesuai kebutuhan.
Y Sesuaikan pemberian dosis analgesik dengan sesi latihan batuk (mis.,
berikan dosis ½ -1 jam sebelum latihan batuk).
Y Tentukan waktu ketika klien terlihat paling bebas dari rasa nyeri,
yakni saat tingkat kesadaran dan penampilan fisiknya optimal. Saat itu
merupakan waktu yang tepat untuk melakukan latihan napas dan batuk aktif.
Y Pastikan bahwa latihan batuk dilakukan pada puncak periode
kenyamanan setelah pemberian analgesik, bukan pada puncak rasa kantuk.
Y Pertahankan posisi tubuh yang baik untuk mencegah nyeri atau cedera otot.
Y Jika sktret kental, pertahankan hidrasi yang adekuat (tingkatan
asupan cairan hingga 2-3 x sehari jika tidak ada kontraindikasi)
Y Pertahankan kelembapan udara inspirasi yang adekuat
Y
Jika
batuk kronis, rninimalkan iritan pada udara inspirasi (mis, debu, alergen)
Y Izinkan klien beristirahat setelah berlatih batuk dan sebelum makan.
Y Berikan periode istirahat yang tidak terganggu
Y Berikan obat yang telah diresepkan-depresan batuk, ekspektoran––sesuai
instruksi dokter (tunda pemberian makan dari minum sesaat setelah pemberian
obat untuk mendapatkan hasil yang terbaik).
Y Redakan iritasi membran mukosa dengan memberikan kelembapan (hirup
uap dari shower, atau duduk di atas
baskom yang berisi air yang beruap dengan meletakkan handuk di atas kepala guna
mengencerkan sekret dan rnelegakan membran).
Kolaborasi
Y Kolaborasikan dengan dokter untuk tindakan suction guna mempertahankan kepatenan
jalan napas.
Y Kolaborasikan dengan dokter untuk pemberian oksigen melalui masker, kanula
hidung, dan transtrakea guna mempertahankan dan meningkatkan oksigenasi.
Rasional
Y Batuk yang tidak terkontrol dapat menyebabkan kelelahan dan tidak efektif,
dan bisa menyebabkan bronkitis.
Y Latihan napas dalam dapat melebarkan jalan napas, menstimulasi
produksi surfaktan, dan mengembangkan permukaan jaringan paru sehingga
meningkatkan pertukaran gas. Batuk dapat mengencerkan sekret dan mendorongnya
ke bronkus untuk dikeluarkan atau diisap.
Pada beberapa klien, pernapasan “huffing” mungkin efektif dan tidak
terlalu menyakitkan.
Y
Duduk
pada posisi tegak menyebabkan organ-organ abdomen terdorong menjauhi paru,
akibatnya pengembangan paru menjadi lebih besar.
Y
Pernapasan
diafragma mengurangi frekuensi pernapasan dan meningkatkan ventilasi alveolar.
Y
Sekret
yang kental sulit untuk dikeluarkan dan dapat menyebabkan menyebabkan mukus;
kondisi ini dapat menimbulkan atelektasis.
Y Sekret harus cukup encer agar mudah dikeluarkan.
Y Nyeri atau rasa takut akan nyeri dapat melelahkan dan menyakitkan. Dukungan
emosional rnenjadi semangat bagi klien; air hangat dapat membantu relaksasi.
2. Ketidakefektifan
pola napas
Yang
berhubungan dengan:
Y Sekret yang berlebihan dan kental, sekunder akibat (infeksi,
inflamasi, alergi, merokok, penyakit jantung atau paru)
Y Imobilitas, stasis sekret, dan batuk tak-efektif, sekunder akibat
(penyakit pada SPP; depresi SSP/trauma kepala; cedera serebrovaskular)
Y Supresi refleks batuk, sekunder akibat (sebutkan)
Y Efek trakeostomi (perubahan sekret)
Y
Imobilitas,
sekunder akibat (pembedahan atau trauma; nyeri, ansietas; kelemahan; gangguan
persepsi/kognitif)
Y Kelembapan yang sangat tinggi atau sangat rendah
Y Terpajan udara dingin, tertawa, menangis, alergen, merokok
Kriteria
hasil
Indikator
Y
Memiliki
frekuensi pernapasan dalam batas normal dibandingkan nilai dasar (8-24 /menit)
Y
Mengekspresikan
redanya (atau membaiknya) perasaan sesak napas
Y
Menyebutkan
faktor penyebab berikut cara untuk mencegah atau mengatasinya
Intervensi
Umum
Y Kaji riwayat gejala: episode sebelumnya (kapan, dimana, bagaimana, situasinya).
Y Kaji faktor penyebab (organik, psikologik, emosional, kebiasaan
bernapas yang salah.
Y
Jelaskan
penyebab ketidakefektifan pola napas kepada klien.
Y
Jika
rasa takut atau panik merupakan pencetus, singkirkan penyebab ketakutan, jika
memungkinkan.
Y
Alihkan
perhatian klien agar tidak memikirkan kecemasannya dengan meminta klien
mempertahankan kontak mata dengan Anda (atau mungkin dengan orang lain yang dia
percaya).
Y
Pertimbangkan
penggunaan kantong kertas sebagai alat untuk menghirup kembali udara
ekspirasi.(CO2, yang dikeluarkan akan dihirup kembali sehingga akan
memperlambat laju pernapasan)
Y
Yakinkan
klien bahwa dia bisa mengontrol pernapasannya, dan bahwa Anda akan membantunya.
Y
Ajarkan
teknik pengontrolan napas (mis., pernapasan-bibir) atau konsultasikan dengan
ahli terapi pernapasan, untuk memperoleh latihan guna memperbaiki pola napas
yang salah.
Rasional
Y
Intervensi
berfokus pada upaya memperlambat pola pernapasan dan mengajarkan klien untuk
mengontrol responnya.
Y
Menenangkan
klien yang mengalami sesak napas dengan mengatakan bahwa berbagai tindakan
tengah diambil untuk mengatasi situasi tersebut adalah intervensi yang penting
untuk mengurangi kepanikan dan menurunkan gejala yang ada.
Penatalaksanaan Fisioterapi
Dada, Drainase Postural, dan Terapi Oksigen
Fisioterapi Dada dan
Drainase Postural
Fisioterapi dada (perkusi, vibrsi) dan drainase
postural merupakan serangkaian tindakan keperawatan yang bertujuan membersihkan
dan mempertahankan kepatenan jalan napas. Dalam pelaksanaannya, tindakan
tersebut dilakukan atas instruksi
dokter.
Fisioterapi Dada
Fisioterapi dada terdiri atas tindakan perkusi dan
vibrasi. Perkusi adalah tindakan menepuk-nepuk kulit dengan tenaga penuh
menggunakan kedua tangan yang dibentuk menyerupai mangkuk secara bergantian.
Tidakan ini bertujuan melepaskan sumbatan sekret pada dinding bronkus.
Sedangkan vibrasi adalah serangkaian
getaran kuat yang dihasilkan oleh kedua tangan yang diletakkan mendatar di atas
dada klien. Tujuannya adalah untuk meningkatkan turbulensi udara yang dihembuuskan sehingga sekret terlepas
dari dinding bronkus.
Perlengkapan
§ Bantal untuk mengatur posisi
§ Baju klien atau handuk kecil
§ Tempat sputum dan tisu
Prosedur
§ Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan kepada klien.
§
Bantu
klien mengatur posisi yang nyaman atau sesuai.
§
Tutupi
atau lapisi tubuh kiien dengan baju atau handuk.
§ Anjurkan klien untuk bernapas dalam dan lambat
§ Kuncupkan kedua tangan hingga membentuk mangkuk; rapatkan jari-jari
dan lemaskan pergelangan tangan.
§ Tepuk-tepuk punggung klien mulai dari punggung ke arah bahu. Jika dilakukan
dengan benar, tepukan itu akan berbunyi seperti letupan.
§ Lakukan selama 3-5 menit; masing-masing segmen paru diperkusi selama
1-2 menit.
§ Anjurkan klien untuk menarik napas dalam dan menghembuskannya melalui
mulut (bentuk bibir mecucu atau seperti bersiul) secara perlahan.
§
Letakkan
tangan bersilangan atau bersisian pada lokasi paru yang dikehendaki.
§ Getarkan bagian tersebut dengan kekuatan dari bahu; lakukan dengan mengerutkan
dan melemaskar tangan secara bergantian saat klien ekshalasi.
§ Lakukan berturut-turut selama lima
kali ekshalasi.
§ Anjurkan klien untuk batuk dan membuang sputum ke tempat yang telah disediakan
§
Jadwalkan
tindakan perkusi dan vibrasi secara teratur dalam sehari.
Drainase Postural
Drainase postural adalah drainase sekret dari
berbagai segmen paru dengan memanfaatkan gaya gravitasi. Untuk mengeluarkan
sekret dari segmen paru yang berbeda dibutuhkan posisi yang berbeda pula.
Posisi yang paling sering digunakan pada prosedur ini adalah posisi untuk
mengeluarkan sekret dari segmen bawah paru. Ini karena segmen atas paru dapat
mengalirkan sekretnya dengan memanfaatkan gaya gravitasi.
Perlengkapan
F Bantal-bantal untuk mengatur posisi klien
F Tempat sputum, tissue, obat kumur
Prosedur
F Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan kepada klien.
F
Atur
posisi klien sesuai dengan segmen paru atan bronkus yang terisi sekret.
F
Untuk
mengeluarkan sekret dari segmen apeks paru, tempatkan klien pada posisi
semi-Fowler dengan kemiringan 300. Lakukan perkusi dan vibrasi pada
area klavikula dan di atas skapula (bahu).
F
Untuk
mengeluarkan sekret dari segmen posterior, posisikan klien duduk dengan-kepala
agak menunduk kemudian lakukan perkusi dan vibrasi pada area (bahu).
F Untuk mengeluarkan sekret dari segmen
anterior lobus atas, tempatkan klien pada posisi terlentang. Letakkan bantal di bawah bokong klien dan posisikan kaki klien
fleksi.
F
Untuk
mengeluarkan sekret dari segmen lateral dan medial paru, posisikan klien
terlentang dengan kaki tempat tidur dimiringkan 150. Pada laki-laki,
lakukan perkusi dan vibrasi pada area dada kanan (sebatas puting) antara iqa IV
dan VI. Sedangkan pada perempuan, tempatkan pangkal tangan di aksila dan
jari-jari di bawah mamae.
F
Untuk
mengeluarkan sekret pada segmen basal lateral, posisikan pasien miring dan
tinggikan bagian kaki tempat tidur pada sudut 300-400.
Lakukan perkusi dan vibrasi pada area paling atas dari rusuk terbawah.
F
Untuk
mengeluarkan cairan atau sekret dari segmen basal pos terior, tempatkan klien
pada posisi tengkurap dan tinggikan bagian kaki tempat tidur 45 cm. Ganjal bagian pinggul dengan menggunakan 2-3
bantal sehingga posisi klien seperti jackknife. Lakukan perkusi dan vibrasi
pada segmen atas rusuk terbawah di kedua sisinya, bukan di atas spinal atau
ginjal.
F
Untuk
mengeluarkan-cairan dari segmen basal anterior, tinggikan kaki tempat tidur pada sudut 300-400.
Miringkan tubuh pasien pada sisi yang
sehat; lengan bagian atas dapat dinaikkan atau diletakkan di atas
kepala, dan di antara kaki dapat diletakkan bantal.
F
Untuk
mengeluarkan cairan pada segmen superior paru, tempatkan klien pada posisi
tengkurap. Tempatkan dua buah bantal di bawah panggul. Perkusi dan vibrasi area
tengah punggung, di bawah skapula di sisi vertebra.
Terapi Oksigen
Terapi oksigen diberikan kepada pasien yang
mengalami gangguan ventilasi pada
seluruh area paru, pasien dengan gangguan pertukaran gas, serta mereka
yang mengalami gagal jantung dan membutuhkan terapi oksigen guna mencegah
hipoksia. Sejumlah sistem pemberian oksigen tersedia bati klien diberbagai
kondisi. Pilihan tersebut bergantung pada kebutuhan oksigen klien, kenyamanan,
dan tingkat perkembangannya. Suplai oksigen sendiri juga diberikan dalam
beberapa cara. Disejumlah rumah sakit atau fasilitas perawatan jangka panjang,
suplai oksigen disalurkan melalui pipa panjang yang tertanam di dinding rumah
sakit dan bermuara langsung di samping tempat tidur pasien. Ini memungkinkan pasien
mendapatkan terapi oksigen langsung pada saat dibutuhkan. Hal lainnya yang
harss diperhatikan saat memberikan
terapi oksigen adalah tindakan pengamanan (safety
pre caution) guna mencegah bahaya kebakaran. Beberapa
upaya pengamanan tersebut antara lain:
§ Hindari menyalakan api di sekitar sumber oksigen karena dapat
meledak.
§ Beritahu klien atau pengunjung untuk tidak merokok di dekat sumber
tersebut
§ Lakukan pengecekan perlengkapan listrik, terutama kabel-kabel di
ruangan tersebut. Pastikan semuanya masih berfungsi dengan baik
§
Hindari
menggunakan benda-benda dari serat atau tenunan sintesis.
§ Hindari menggunakan minyak tanah atau bensin di sekitar sumber oksigen.
Penatalaksanaan
Sumber oksigen
Sumber oksigen
di rumah sakit dapat meliputi oksigen dinding dan tabung oksigen.
1.
Sumber dinding. Penatalaksanaan
pemberian okisigen melalui sumber dinding meliputi:
§
Pasangkan
flowmeter pada sumber oksigen;
gunakan tekanan yang tidak terlalu kuat.
§ Isi botol dengan air steril, pasang pada flowmeter, dan atur aliran flowmeter
§
Pasangkan
alat yang akan digunakan pada slang atau saluran oksigen.
2.
Tabung. Penatalaksanaan pemberian
oksigen melalui tabung meliputi:
§ Lepas tutup pelindung tabung.
§ Putar keran tabung secara perlahan sampai oksigen sedikit keluar
untuk membersihkan debu dan kotoran yang melekat di saluran keluar oksigen. Lakukan
dengan hati-hati sebab tindakan tersebut dapat menimbulkan bunyi yang keras
(meretakkan silinder).
§ Sambungkan flowmeter
dengan outlef silinder, kencangkan dengan kunci inggris atau atau tang.
§
Letakkan
tabung pada posisi mantap. Lepaskan katup secara perlahan sampai terbuka penuh,
lalu kembalikan atan tutup sampai seperempatnya.
§ Atur flowmeter sesuai dengan kebutuhan (instruksi dokter)
§
Isi
botol pelembab dengan air suling, kemudian pasang pada tempatnya
§ Sambungkan saluran oksigen dengan alat yang akan digunakan klien.
Pemberian terapi oksigen
Pemberian
terapi oksigen dapat dilakukan melalui beberapa cara, seperti kanula hidung,
masker, transtrakea, dll.
1.
Kanula hidung. Pemberian oksigen
melalui kanula hidung dilakukan dengan langkah-langkah berikut.
Perlengkapan
§ Set perlengkapan oksigen
§ Flowmeter
§ Suplai oksigen
§ Kanula hidung dan slang oksigen
§ Plester jika perlu
Prosedur
§
Jelaskan
tujuan dan prosedur pemasangan kanula hidung kepada klien.
§ Cuci tangan.
§ Sambungkan kanula pada set oksigen dan sesuaikan flowmeter.
§ Cek apakah oksigen keluar melalui saluran nasal, apakah timbul gelembung
pada humidifier, atau apakah slang oksigen terlipat.
§ Letakkan cabang kanula atau outlet pada lubang hidung. Atur slang
dengan cara melingkarkannya di kepala atau menyelipkannya pada daun telinga.
§ Anjurkan klien untuk bernapas melalui hidung dengan mulut tertutup.
§ Cuci tangan.
§
Catat
respons kiien pada catatan perawatan.
§ Angkat dan bersihkan slang dan lubang hidung setiap 8 jam.
2.
Masker. Pemberian oksigen melalui
masker dilakukan dengan langkah-langkah berikut:
Perlengkapan
§
Suplai oksigen dan flowmeter
§
Humidifier dan air suling
§
Masker yang akan digunakan
§
Bantalan elastis
Prosedur
§
Jelaskan
tujuan dan prosedur permasahan masker kepada klien.
§
Cuci tangan.
§
Sambungkan masker dengan set
oksigen.
§
Letakkan masker pada wajah, di
atas hidung dan mulut. Gunakan tali elastis agar masker tidak lepas.
§
Gunakan
bantaan elastis untuk mengurangi iritasi pada telinga dan belakang kepala.
§
Cuci tangan.
§
Jika oksigen diberikan terus-menerus,
lepaskan masker dan keringkan kulit setiap 2-3 jam.
§
Kaji atau observasi respons
klien terhadap pemberian terapi oksigen.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan makalah ini ada 2 yaitu:
1. Oksigen () merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang
sangat di butuhkan dalam proses metabolisme sel. Sebagai hasilnya terbentuklah
karbon dioksida, energi dan air, akan tetapi penambahan yang melebihi
batas normal pada tubuh akan memberikan dampak yang cukup bermakna terhadap
aktivitas sel.
2. Pernapasan atau
respirasi adalah proses pertukaran gas antara individu dan lingkungan .fungsi
utama pernapasan adalah untuk memperoleh agar dapat
digunakan oleh sel sel tubuh dan mengeluarkan yang dihasilkan
oleh sel.saat bernapas ,tubuh mengambil dari lingkungan
untuk kemudian diangkut keseluruh tubuh (sel-selnya)melalui darah guna
dilakukan pembakaran .selanjutnya ,sisa pembakaran berupa akan kembali di
angkut oleh darah ke paru paru untuk dibuang ke lingkungan karena tidak
beerguna lagi oleh tubuh.
3.2 Saran
Penulis menyarankan agar petugas kesehatan
dapat berkerja profesional dalam menjalankan tugas dan kewajiban sebagai
seorang perawat yang idela dan bertanggung jawab. Sehingga pasien dapat
merasakan kepuasan atas asuhan keperawatan yang diberikan.
DAFTAR PUSTAKA
Aziz
alimul. 2006. Konsep Dasar Manusia. Jakarta : Salemba Medika
Potter&perry.2005.
Konsep Keperawatan dan Fundemental. Edisi 4. Jakarta : EGC
Potter&perry.2005.
Konsep Keperawatan dan Fundemental. Edisi 5. Jakarta : EGC
LEMBAR
KONSULTASI
KELOMPOK : 2(DUA)
DOSEN PEMBIMBING : RENNY TRIWIJAYANTI, S. KEP
MATERI : konsep asuhan
keperawatan pada pasien dengan ganguan pemenuhan oksigen( o2)
No
|
Tanggal
|
Topik
|
Komentar Pembimbing
|
Paraf Pembing
|
|
|
|
|
|
Palembang, November 2010
Pembimbing,
(RENNY TRIWIJAYANTI, S. KEP )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar