MAKALAH ANTROPOLOGI KESEHATAN
IMPLIKASI ANTROPOLOGI DALAM PRAKTEK KEPERAWATAN
DISUSUN OLEH :
ROSALINDA
(200.14.008)
DOSEN PEMBIMBING :
1.
Drs. WIMPI
2.
TRILLIA., S.pd., M.Kes
PROGRAM
STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
SEKOLAH
TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH PALEMBANG
TAHUN
AKADEMIK 2014/2015
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Kesehatan adalah
keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang
hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pemeliharaan kesehatan adalah upaya
penaggulangan dan pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan,
pengobatan dan/atau perawatan termasuk kehamilan dan persalinan. Pendidikan
kesehatan adalah proses membantu sesorang, dengan bertindak secara
sendiri-sendiri ataupun secara kolektif, untuk membuat keputusan berdasarkan
pengetahuan mengenai hal-hal yang mempengaruhi kesehatan pribadinya dan orang
lain. Definisi yang bahkan lebih sederhana diajukan oleh Green dan para
koleganya yang menulis bahwa pendidikan kesehatan adalah kombinasi pengalaman
belajar yang dirancang untuk mempermudah adaptasi sukarela terhadap perilaku
yang kondusif bagi kesehatan.
Menjadi seorang
tenaga kesehatan (perawat) bukanlah hal yang mudah. Seorang perawat harus siap
fisik maupun mental, karena tugas seorang perawat sangatlah berat. Di Indonesia
ini jumlah perawat memang tidak sedikit, tetapi untuk di pelosok daerah masih
banyak masyarakat yang belum paham akan arti dari profesi tenaga medis. perawat
yang siap mengabdi di kawasan pedesaan, artinya ia juga harus siap dengan
konsekuensi yang akan terjadi. Tak mudah mengubah pola pikir ataupun kebiasaan
masyarakat. Apalagi, masalah proses pertolongan atau penyembuhan. Kehadiran
tenaga medis dengan spesialisasi melayani masyarakat di beberapa
daerah terpencil merupakan hal yang baru dan tidak mudah ubtuk beradtasi
dengan budaya dan kebiasaan masyarakat.
Pembangunan kesehatan
yang cenderung urban-based harus terus diimbangi dengan upaya-upaya
pelayanan kesehatan yang bersifat rujukan, bersifat luar gedung maupun yang
bersifat satelit pelayanan. Dengan demikian, pembangunan kesehatan dapat
menjangkau kantong-kantong penduduk risiko tinggi yang merupakan penyumbang
terbesar kejadian sakit dan kematian. Kelompok-kelompok penduduk inilah
yang sesungguhnya lebih membutuhkan pertolongan karena selain lebih rentan terhadap
penyakit, kemampuan membayar mereka jauh lebih sedikit.
RUMUSAN
MASALAH
Adapun rumusan masalah dari latar
belakang di atas adalah sebagai berikut:
1. Apa
pengertian keperawatan?
2. Apa
pengertian implikasi?
3. Apa
pengertian Transkultural?
4. Bagaimana
implikasi transkultural dalam praktek keperawatan?
TUJUAN
1. Untuk
mengetahui pengertian keperawatan.
2. Untuk
mengetahui pengertian implikasi.
3. Untuk
mengetahui pengertian transkultural.
4. Untuk
mengetahui bagaiman implikasi transkultural dalam praktek keperawatan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN KEPERAWATAN
Florence Nightingale (1895)
Keperawatan adalah suatu proses menempatkan pasien dalam kondisi paling baik
untuk beraktivitas.
Martha Roger (1970)
Keperawatan adalah pengetahuan yang ditujukan untuk mengurangi kecemasan
terhadap pemeliharaan dan peningkatan kesehtan, pencegahan penyakit, perawatan
dan rehabilitasi penderita sakit serta penyandang cacat.
Dorothea Orem (1971)
Keperawatan ialah proses aksi dan interaksi untuk membantu individu dari
berbagai kelompok umur dalam memenuhi kebutuhannya dan menangani status
kesehatan mereka pada saat tertentu dalam suatu siklus kehidupan.
Callista Roy (1976)
Keperawatan merupakan disiplin ilmu yang berorientasi kepada praktik
keperawatan berdasarkan ilmu keperawatan, yang ditujukan untuk memberikan
pelayanan kepada klien.
Virginia Henderson (1978)
Perawatan adalah upaya membantu individu baik yang sehat maupun sakit untuk
menggunakan kekuatan, keinginan dan pengetahuan yang dimilikinya sehingga
individu tersebut mampu melaksanakan aktivitas sehari-hari, sembuh dari
penyakit atau meninggal dunia dengan tenang. Tenaga perawat berperan menolong
individu agar tidak menggantungkan diri pada bantuan orang lain dalam waktu
secepat mungkin.
Lokakarya Keperawatan (1983)
Perawatan adalah pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari
pelayanan kesehatan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan
bio-psiko-sosial-spiritual yang menyeluruh ditunjukkan kepada individu,
kelompok dan masyarakat baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses
kehidupan manusia.
Pelayanan keperawatan diberikan akibat adanya kelemahan fisik dan mental,
keterbatasan pengetahuan, sertakurangnya kemauan untuk melaksanakan kegiatan
hidup sehari-hari. Kegiatan dilakukan dalam upaya peningkatan kesehatan,
pencegahan penyakit, penyembuhan, pemulihan serta pemeliharaan kesehatan dengan
penekanan pada upaya pelayanan kesehatan utama (PHC) sesuai dengan wewenang,
tanggung jawab dan kode etik keperawatan.
International
Council of Nursing (1965)
Perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan keperawatan, berwenang di negara bersangkutan untuk memberikan pelayanan dan bertanggung jawab dalam peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit serta pelayanan terhadap pasien.
V. Henderson (1980)
Perawat mempunyai fungsi yang unik yaitu, membantu individu baik yang sehat maupun yang sakit, dari lahir hingga meninggal agar dapat melaksanakan aktivitas sehari-hari secara mandiri, dengan menggunakan kekuatan, kemauan, atau pengetahuan yang dimiliki. Oleh sebab itu, perawat berupaya menciptakan hubungan yang baik dengan pasien untuk menyembuhkan/meningkatkan kemandiriannya. apabila kemandirian tidak berhasil diciptakan maka perawat membantu mengatasi hambatan. apabila penyakit tidak dapat disembuhkan dan akhirnya meninggal dunia, maka perawat berusaha agar pasien dapat meninggal dengan tenang.
Taylor C. Lilis C. Lemone (1989)
Perawat adalah seseorang yang berperan dalam merawat dan membantu seseorang dengan melindunginya dari sakit, luka dan proses penuaan.
Undang-Undang RI. No.23 tahun 1992 Tentang kesehatan
Perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya, yang diperoleh melalui pendidikan perawatan.
Undang-Undang RI No.20 tahun 2014 Tentang Praktik Keperawatan
Perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan keperawatan baik di dalam maupun di luar negeri yang diakui oleh Pemerintah Republik Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Perawat vokasional adalah seseorang yang telah lulus pendidikan Diploma III Keperawatan dan Sekolah Perawat Kesehatan yang terakreditasi dan diakui oleh pejabat yang berwenang.
Perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan keperawatan, berwenang di negara bersangkutan untuk memberikan pelayanan dan bertanggung jawab dalam peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit serta pelayanan terhadap pasien.
V. Henderson (1980)
Perawat mempunyai fungsi yang unik yaitu, membantu individu baik yang sehat maupun yang sakit, dari lahir hingga meninggal agar dapat melaksanakan aktivitas sehari-hari secara mandiri, dengan menggunakan kekuatan, kemauan, atau pengetahuan yang dimiliki. Oleh sebab itu, perawat berupaya menciptakan hubungan yang baik dengan pasien untuk menyembuhkan/meningkatkan kemandiriannya. apabila kemandirian tidak berhasil diciptakan maka perawat membantu mengatasi hambatan. apabila penyakit tidak dapat disembuhkan dan akhirnya meninggal dunia, maka perawat berusaha agar pasien dapat meninggal dengan tenang.
Taylor C. Lilis C. Lemone (1989)
Perawat adalah seseorang yang berperan dalam merawat dan membantu seseorang dengan melindunginya dari sakit, luka dan proses penuaan.
Undang-Undang RI. No.23 tahun 1992 Tentang kesehatan
Perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya, yang diperoleh melalui pendidikan perawatan.
Undang-Undang RI No.20 tahun 2014 Tentang Praktik Keperawatan
Perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan keperawatan baik di dalam maupun di luar negeri yang diakui oleh Pemerintah Republik Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Perawat vokasional adalah seseorang yang telah lulus pendidikan Diploma III Keperawatan dan Sekolah Perawat Kesehatan yang terakreditasi dan diakui oleh pejabat yang berwenang.
2.2
PENGERTIAN IMPLIKASI
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
keterlibatan atau keadaan terlibat (nomina)
Contoh:
~ manusia sbg objek percobaan atau penelitian semakin terasa manfaat dan kepentingannya;
~ manusia sbg objek percobaan atau penelitian semakin terasa manfaat dan kepentingannya;
sumber:
kbbi3
yg termasuk atau tersimpul; yg disugestikan,
tetapi tidak dinyatakan
Implikasi
berfungsi membandingkan antara hasil penelitian yang lalu dengan hasil penelitian
yang baru dilakukan.
Macam-macam
implikasi:
1. Implikasi Teoritis
Pada bagian ini peneliti menyajikan gambar lengkap
mengenai implikasi teoretikal dari penelitian ini.Bagian ini bertujuan untuk
meyakinkan penguji pada mengenai kontribusi terhadap ilmu pengetahuan dalam
teori-teori yang digunakan untuk memecahkan masalah penelitian, tetapi juga
implikasinya bagi teori-teori yang relevan dengan bidang kajian utama yang
disajikan dalam model teoretis.
2. Implikasi Manajerial
Pada bagian ini peneliti menyajian bergagai implikasi
kebijakan yang dapat dihubungkan dengan temuan-temuan yang dihasilkan dalam
penelitian ini.Implikasi manajerial memberikan kontribusi praksis bagi
manajemen.
3. Implikasi Metodologi
Bagian ini bersifat opsional dan menyajikan refleksi
penulis mengenai metodologi yang digunakan dalam penelitiannya.Misalnya pada
bagian ini dapat disajikan penjelasan mengenai
bagian-bagian metode penelitian mana yang telah dilakukan dengan sangat baik
dan bagian mana yang relatif sulit serta prosedur mana yang telah dikembangkan
untuk mengatasi berbagai kesulitan itu yang sebetulnya tidak digambarkan
sebelumnya dalam literatur mengenai metode penelitian. Peneliti dapat
menyajikan dalam bagian ini pendekatan-pendekatan yang dapat digunakan dalam
penelitian lanjutan atau penelitian lainnya untuk memudahkan atau untuk
meningkatkan mutu dari penelitian
2.3
PENGERTIAN TRANSKULTURAL
Transcultural nursing adalah suatu
area/wilayah keilmuwan budaya pada proses belajar dan praktek keperawatan yang
fokus memandang perbedaanh dan kesamaan diantara budaya dengan menghargai
asuhan, sehat, sakit didasarkan pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan
tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya
budaya atau keutuhan budaya kepada manusia (leininger, 2002)
2.4 TRANSKULTURAL
DALAM PRAKTEK KEPERAWATAN
A.
KONSEP PERILAKU
Perilaku merupakan basil hubungan antara perangsang (stimulus) dan respon Skinner, cit. Notoatmojo 1993). Perilaku tersebut dibagi lagi dalam 3 domain yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Kognitif diukur dari pengetahuan, afektif dari sikap psikomotor dan tindakan (ketrampilan).
Pengetahuan diperoleh dari pengalaman, selain guru, orangtua, teman, buku, media massa (WHO 1992). Menurut Notoatmojo (1993), pengetahuan merupakan hasil dari tabu akibat proses penginderaan terhadap suatu objek. Penginderaan tersebut terjadi sebagian besar dari penglihatan dan pendengaran. Pengetahuan yang cakap dalam koginitif mempunyai enam tingkatan, yaitu : mengetahui, memahami, menggunakan, menguraikan, menyimpulkan dan evaluasi.
Menurut Notoatmojo (1993) sikap merupakan reaksi yang masih tertutup, tidak dapat terlihat langsung. Sikap hanya dapat ditafsirkan dari perilaku yang nampak. Azwar (1995) menyatakan sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara tertentu, bentuk reaksinya dengan positif dan negatif sikap meliputi rasa suka dan tidak suka, mendekati dan menghindari situasi, benda, orang, kelompok, dan kebijaksanaan social (Atkinson dkk, 1993). Menurut Harvey & Smith (1997) sikap, keyakinan dan tindakan dapat diukur. Sikap tidak dapat diamati secara langsung tetapi sikap dapat diketahui dengan cara menanyakan terhadap yang bersangkutan dan untuk menanyakan sikap dapat digunakan pertanyaan berbentuk skala.
Tindakan dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu predisposisi yang terwujud dalam pengetahuan, sikap dan kepercayaan (cit. Notoatmojo 1993). Menurut Sarwono (1993) perilaku manusia merupakan pengumpulan dari pengetahuan, sikap dan tindakan, sedangkan sikap merupakan reaksi seseorang terhadap stimulus yang berasal dari luar dan dari dalam dirinya.
Perubahan perilaku dalam diri seseorang dapat terjadi melalui proses belajar. Belajar diartikan sebagai proses perubahan perilaku yang didasari oleh perilaku terdahulu.Dalam proses belajar ada tiga unsur pokok yang saling berkaitan yaitu masukan (input), proses, dan keluaran (output) (Notoatmojo 1993). lndividu atau masyarakat dapat merubah perilakunya bila dipahami faktor-faktor yang berpengaruh terhadap berlangsungnya dan berubahnya perilaku tersebut.
Ada beberapa hal yang mempengaruhi perilaku seseorang, sebagian terletak di dalam individu sendiri yang disebut faktor intern dan sebagian terletak diluar dirinya yang disebut faktor ekstern, yaitu faktor lingkungan.
Perilaku merupakan basil hubungan antara perangsang (stimulus) dan respon Skinner, cit. Notoatmojo 1993). Perilaku tersebut dibagi lagi dalam 3 domain yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Kognitif diukur dari pengetahuan, afektif dari sikap psikomotor dan tindakan (ketrampilan).
Pengetahuan diperoleh dari pengalaman, selain guru, orangtua, teman, buku, media massa (WHO 1992). Menurut Notoatmojo (1993), pengetahuan merupakan hasil dari tabu akibat proses penginderaan terhadap suatu objek. Penginderaan tersebut terjadi sebagian besar dari penglihatan dan pendengaran. Pengetahuan yang cakap dalam koginitif mempunyai enam tingkatan, yaitu : mengetahui, memahami, menggunakan, menguraikan, menyimpulkan dan evaluasi.
Menurut Notoatmojo (1993) sikap merupakan reaksi yang masih tertutup, tidak dapat terlihat langsung. Sikap hanya dapat ditafsirkan dari perilaku yang nampak. Azwar (1995) menyatakan sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara tertentu, bentuk reaksinya dengan positif dan negatif sikap meliputi rasa suka dan tidak suka, mendekati dan menghindari situasi, benda, orang, kelompok, dan kebijaksanaan social (Atkinson dkk, 1993). Menurut Harvey & Smith (1997) sikap, keyakinan dan tindakan dapat diukur. Sikap tidak dapat diamati secara langsung tetapi sikap dapat diketahui dengan cara menanyakan terhadap yang bersangkutan dan untuk menanyakan sikap dapat digunakan pertanyaan berbentuk skala.
Tindakan dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu predisposisi yang terwujud dalam pengetahuan, sikap dan kepercayaan (cit. Notoatmojo 1993). Menurut Sarwono (1993) perilaku manusia merupakan pengumpulan dari pengetahuan, sikap dan tindakan, sedangkan sikap merupakan reaksi seseorang terhadap stimulus yang berasal dari luar dan dari dalam dirinya.
Perubahan perilaku dalam diri seseorang dapat terjadi melalui proses belajar. Belajar diartikan sebagai proses perubahan perilaku yang didasari oleh perilaku terdahulu.Dalam proses belajar ada tiga unsur pokok yang saling berkaitan yaitu masukan (input), proses, dan keluaran (output) (Notoatmojo 1993). lndividu atau masyarakat dapat merubah perilakunya bila dipahami faktor-faktor yang berpengaruh terhadap berlangsungnya dan berubahnya perilaku tersebut.
Ada beberapa hal yang mempengaruhi perilaku seseorang, sebagian terletak di dalam individu sendiri yang disebut faktor intern dan sebagian terletak diluar dirinya yang disebut faktor ekstern, yaitu faktor lingkungan.
Azwar (1995) menyatakan bahwa sekalipun
diasumsikan bahwa sikap merupakan predisposisi evaluasi yang banyak menentukan
cara individu bertindak, akan tetapi sikap dan tindakan seringkali jauh
berbeda. Hal ini karena tindakan nyata ditentukan tidak hanya oleh sikap, akan
tetapi oleh berbagai faktor eksternal lainnya. Sikap tidaklah sama dengan
perilaku, dan perilaku tidaklah selalu mencerminkan sikap seseorang, sebab
seringkali terjadi bahwa seseorang memperlihatkan tindakan yang bertentangan
dengan sikapnya. Sikap seseorang dapat berubah dengan diperolehnya tambahan
informasi tentang objek tersebut, melalui persuasi serta tekanan dari kelompok
sosialnya (Sarwono 1993).
B. PERILAKU SEHAT DAN PERILAKU SAKIT
B. PERILAKU SEHAT DAN PERILAKU SAKIT
Berdasarkan batasan perilaku dari Skiner
tersebut, maka perilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang (organisme)
terhadap stimulus objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem
pelayanan kesehatan, makanan dan minuman, serta lingkungan. dari batasan ini,
perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanance).
1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanance).
Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit. oleh sebab itu perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari tiga aspek.
a. Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit.
b. Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sehat. perlu dijelaskan di sini, bahwa kesehatan itu sangat dinamis dan relatif, maka dari itu orang yang sehatpun perlu diupayakan supaya mencapai tingkat kesehatan yang seoptimal mungkin.
c. Perilaku gizi (makanan dan minuman). makanan dan minuman dapat memelihara dan meningkatkan kesehatan seseorang, tetapi sebaliknya makanan dan minuman dapat menjadi penyebab menurunnya kesehatan seseorang, bahkan dapat mendatangkan penyakit. hal ini sangat tergantung pada perilaku orang terhadap makanan dan minuman tersebut.
2. Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan kesehatan, atau sering disebut perilaku pencairan pengobatan (health seeking behavior) Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit dan atau kecelakaan. tindakan atau perilaku ini dimulai dari mengobati sendiri (self treatment) sampai mencari pengobatan ke luar negeri.
a. Perilaku kesehatan lingkungan
Adalah
bagaimana seseorang merespons lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial
budaya, dan sebagainya. sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi
kesehatannya. dengan perkataan lain, bagaimana seseorang mengelola
lingkungannya sehingga tidak mengganggu kesehatannya sendiri, keluarga, dan
masyarakatnya.
Seorang ahli lain (Becker, 1979 : 214) membuat klasifikasi l ain tentang perilaku kesehatan ini.
Seorang ahli lain (Becker, 1979 : 214) membuat klasifikasi l ain tentang perilaku kesehatan ini.
b. Perilaku hidup sehat
Adalah perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya. perilaku ini mencakup antara lain :
1) Makan dengan menu seimbang (appropriate diet). menu seimbang di sini dalam arti
kualitas
(mengandung zat-zat gizi yang diperlukan tubuh), dan kuantitas dalam arti
jumlahnya
cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh (tidak kurang, tetapi juga tidak
lebih).
Secara kualitas mungkin di Indonesia dikenal dengan ungkapan empat sehat
lima
sempurna.
2) Olahraga teratur, yang juga mencakup kualitas (gerakan), dan kuantitas dalam arti
2) Olahraga teratur, yang juga mencakup kualitas (gerakan), dan kuantitas dalam arti
frekuensi
dan waktu yang digunakan untuk olahraga. dengan sendirinya kedua aspek
ini
akan tergantung dari usia, dan status kesehatan yang bersangkutan.
3) Tidak merokok. merokok adalah kebiasaan jelek yang mengakibatkan berbagai
3) Tidak merokok. merokok adalah kebiasaan jelek yang mengakibatkan berbagai
macam
penyakit. Ironisnya kebiasaan merokok ini, khususnya di Indonesia seolah-
olah
sudah membudaya. Hampir 50% penduduk Indonesia usia dewasa merokok.
bahkan
dari hasil suatu penelitian, sekitar 15% remaja kita telah merokok. inilah
tantangan
pendidikan kesehatan kita.
4) Tidak minum-minuman keras dan narkoba. Kebiasaan minuman keras dan
4) Tidak minum-minuman keras dan narkoba. Kebiasaan minuman keras dan
mengkonsumsi
narkoba (narkotik dan bahan-bahan berbahaya lainnya) juga
cenderung
meningkat. Sekitar 1% penduduk Indonesia dewasa diperkirakan sudah
mempunyai
kebiasaan minuman keras ini.
5) Istirahat cukup. dengan meningkatnya kebutuhan hidup akibat tuntutan untuk
5) Istirahat cukup. dengan meningkatnya kebutuhan hidup akibat tuntutan untuk
penyesuaian
lingkungan modern, mengharuskan orang untuk bekerja keras dan
berlebihan,
sehingga kurang waktu istirahat. hal ini dapat juga membahayakan
kesehatan.
6) Mengendalikan stres. Stres akan terjadi pada siapa saja, dan akibatnya bermacam-
6) Mengendalikan stres. Stres akan terjadi pada siapa saja, dan akibatnya bermacam-
macam
bagi kesehatan. Lebih-lebih sebagai akibat dari tuntutan hidup yang keras
seperti
diuraikan di atas. Kecenderungan stres akan meningkat pada setiap orang. stres
tidak
dapat kita hindari, maka yang penting agar stres tidak menyebabkan gangguan
kesehatan,
kita harus dapat mengendalikan atau mengelola stres dengan kegiatan-
kegiatan
yang positif.
7) Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan, misalnya : tidak berganti-
7) Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan, misalnya : tidak berganti-
ganti
pasangan dalam hubungan seks, penyesuaian diri kita dengan lingkungan, dan
sebagainya
c. Perilaku sakit (illness behavior)
c. Perilaku sakit (illness behavior)
Perilaku
sakit ini mencakup respons seseorang terhadap sakit dan penyakit,
persepsinya
terhadap sakit, pengetahuan tentang : penyebab dan gejala penyakit,
pengobatan
penyakit, dan sebagainya.
d. Perilaku peran sakit (the sick role behavior)
d. Perilaku peran sakit (the sick role behavior)
Dari
segi sosiologi, orang sakit (pasien) mempunyai peran, yang mencakup hak-hak
orang
sakit (right) dan kewajiban sebagai orang sakit (obligation). Hak dan kewajiban
ini
harus diketahui oleh orang sakit sendiri maupun orang lain (terutama
keluarganya),
yang
selanjutnya disebut perilaku peran orang sakit (the sick role). Perilaku ini
mliputi
:
1) Tindakan untuk memperoleh kesembuhan.
2) Mengenal / mengetahui fasilitas atau sarana pelayanan penyembuhan penyakit yang layak.
1) Tindakan untuk memperoleh kesembuhan.
2) Mengenal / mengetahui fasilitas atau sarana pelayanan penyembuhan penyakit yang layak.
Mengetahui hak (misalnya : hak memperoleh perawatan, memperoleh pelayanan kesehatan, dsb) dan kewajiban orang sakit (memberitahukan penyakitnya kepada orang lain terutama kepada dokter/petugas kesehatan, tidak menularkan penyakit kepada orang lain, dan sebagainya)
IMPLIKASI TRANSKULTURAL
DALAM PRAKTEK KEPERAWATAN
Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah suatu
proses atau rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan yang diberikan kepada
klien sesuai dengan latar belakang budayanya. Asuhan
keperawatan ditujukan memnadirikan individu sesuai dengan
budaya klien.
Strategi yang digunakan dalam asuhan
keperawatan adalah perlindungan/ mempertahankan budaya, mengakomodasi/
negoasiasi budaya dan mengubah/ mengganti budaya klien (Leininger, 1991).
Mempertahankan
budaya
Mempertahankan budaya dilakukan bila
budaya pasien tidak bertentangan dengan kesehatan. Perencanaan dan implementasi
keperawatan diberikan sesuai dengan nilai-nilai yang relevan yang telah
dimiliki klien sehingga klien dapat meningkatkan atau mempertahankan status
kesehatannya, misalnya budaya berolahraga setiap pagi
Negosiasi budaya
Intervensi dan implementasi keperawatan
pada tahap ini dilakukan untuk membantu klien beradaptasi terhadap budaya
tertentu yang lebih menguntungkan
kesehatan. Perawat membantu klien agar dapat memilih dan
menentukan budaya lain yang lebih mendukung peningkatan kesehatan, misalnya klien sedang hamil
mempunyai pantang makan yang berbau amis, maka ikan dapat diganti dengan sumber
protein hewani yang lain.
Restrukturisasi
budaya
Restrukturisasi budaya klien
dilakukan bila budaya yang dimiliki merugikan status kesehatan. Perawat
berupaya merestrukturisasi gaya hidup klien yang biasanya merokok menjadi tidak
merokok. Pola rencana hidup yang dipilih biasanya yang lebih menguntungkan dan
sesuai dengan keyakinan yang dianut
Proses
keperawatan
Model konseptual yang dikembangkan
oleh Leininger dalam menjelaskan asuhan keperawatan dalam konteks budaya
digambarkan dalam bentuk matahari
terbit (Sunrise Model). Geisser (1991). menyatakan bahwa
proses keperawatan ini digunakan oleh perawat sebagai landasan berfikir dan
memberikan solusi terhadap masalah klien (Andrew and Boyle, 1995). Pengelolaan
asuhan keperawatan dilaksanakan dari mulai tahap pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
A.
Pengkajian
Pengkajian adalah proses
mengumpulkan data untuk mengidentifikasi masalah kesehatan klien sesuai dengan
latar belakang budaya klien. Pengkajian
dirancang berdasarkan 7 komponen yang ada pada
"Sunrise Model" yaitu :
1.
Faktor teknologi (tecnological
factors)
Teknologi kesehatan memungkinkan
individu untuk memilih atau mendapat penawaran menyelesaikan masalah dalam
pelayanan kesehatan. Perawat perlu mengkaji : persepsi sehat sakit, kebiasaan
berobat atau mengatasi masalah kesehatan, alasan mencari bantuan kesehatan,
alasan klien memilih pengobatan alternatif dan persepsi klien tentang
penggunaan dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi permasalahan kesehatan
saat ini.
2.
Faktor agama dan falsafah hidup
(religious and philosophical factors)
Agama adalah suatu simbol yang
mengakibatkan pandangan yang amat realistis bagi para pemeluknya. Agama
memberikan motivasi yang sangat kuat untuk menempatkan kebenaran di atas
segalanya, bahkan di atas kehidupannya sendiri. Faktor agama yang harus dikaji
oleh perawat adalah : agama yang dianut, status pernikahan, cara pandang klien
terhadap penyebab penyakit, cara pengobatan dan kebiasaan agama yang berdampak
positif terhadap kesehatan.
3.
Faktor sosial dan keterikatan
keluarga (kinship and social factors)
Perawat pada tahap ini harus
mengkaji faktor-faktor : nama lengkap, nama panggilan, umur dan tempat tanggal
lahir, jenis kelamin, status, tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam
keluarga, dan hubungan klien dengan kepala keluarga.
4.
Nilai-nilai budaya dan gaya hidup
(cultural value and life ways)
Nilai-nilai budaya adalah sesuatu
yang dirumuskan dan ditetapkan oleh penganut budaya yang dianggap baik atau
buruk. Norma-norma budaya adalah suatu kaidah yang mempunyai sifat penerapan
terbatas pada penganut budaya terkait. Yang perlu dikaji pada faktor ini
adalah: posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang
digunakan, kebiasaan makan, makanan yang dipantang dalam kondisi sakit,
persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-hari dan kebiasaan
membersihkan diri.
5.
Faktor kebijakan dan peraturan yang
berlaku (political and legal factors)
Kebijakan dan peraturan rumah sakit
yang berlaku adalah segala sesuatu yang mempengaruhi kegiatan individu dalam
asuhan keperawatan lintas budaya (Andrew and Boyle, 1995). Yang perlu dikaji
pada tahap ini adalah : peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan jam
berkunjung, jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu, cara pembayaran untuk
klien yang dirawat
6.
Faktor ekonomi (economical factors)
Klien yang dirawat di rumah sakit
memanfaatkan sumber-sumber material yang dimiliki untuk membiayai sakitnya agar
segera sembuh. Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh perawat diantaranya :
pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan, tabungan yang dimiliki oleh keluarga,
biaya dari sumber lain misalnya asuransi, penggantian biaya dari kantor atau
patungan antar anggota keluarga
7.
Faktor pendidikan (educational
factors)
Latar belakang pendidikan klien
adalah pengalaman klien dalam menempuh jalur pendidikan formal tertinggi saat
ini. Semakin tinggi pendidikan klien maka keyakinan klien biasanya didukung
oleh buktibukti ilmiah yang rasional dan individu tersebut dapat belajar
beradaptasi terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi kesehatannya. Hal yang
perlu dikaji pada tahap ini adalah : tingkat pendidikan klien, jenis pendidikan
serta kemampuannya untuk belajar secara aktif mandiri tentang pengalaman
sakitnya sehingga tidak terulang kembali.
B.
Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon
klien sesuai latar belakang
budayanya yang dapat dicegah, diubah atau dikurangi melalui intervensi
keperawatan. (Giger and Davidhizar, 1995). Terdapat tiga diagnosa
keperawatan yang sering ditegakkan dalam asuhan keperawatan transkultural
yaitu : gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan kultur,
gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi sosiokultural dan
ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang
diyakini.
budayanya yang dapat dicegah, diubah atau dikurangi melalui intervensi
keperawatan. (Giger and Davidhizar, 1995). Terdapat tiga diagnosa
keperawatan yang sering ditegakkan dalam asuhan keperawatan transkultural
yaitu : gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan kultur,
gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi sosiokultural dan
ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang
diyakini.
C.
Perencanaan dan Pelaksanaan
Perencanaan dan pelaksanaan dalam
keperawatan trnaskultural adalah suatu proses keperawatan yang tidak dapat
dipisahkan. Perencanaan adalah suatu proses memilih strategi yang tepat dan
pelaksanaan adalah melaksanakan tindakan yang sesuai denganlatar belakang
budaya klien (Giger and Davidhizar, 1995). Ada tiga pedoman yang ditawarkan
dalam keperawatan transkultural (Andrew and Boyle, 1995) yaitu : mempertahankan
budaya yang dimiliki klien bila budaya klien tidak bertentangan dengan
kesehatan, mengakomodasi budaya klien bila budaya klien kurang menguntungkan
kesehatan dan merubah budaya klien bila budaya yang dimiliki klien bertentangan
dengan kesehatan.
a.
Cultural care preservation/maintenance
1.
Identifikasi perbedaan konsep antara klien dan perawat
2.
Bersikap
tenang dan tidak terburu-buru saat berinterkasi dengan klien
3.
Mendiskusikan
kesenjangan budaya yang dimiliki klien dan perawat
b.
Cultural careaccomodation/negotiation
1.
Gunakan
bahasa yang mudah dipahami oleh klien
2.
Libatkan
keluarga dalam perencanaan perawatan
3.
Apabila
konflik tidak terselesaikan, lakukan negosiasi dimana kesepakatan berdasarkan
pengetahuan biomedis, pandangan klien dan standar etik.
c.
Cultual care repartening/reconstruction
1. Beri
kesempatan pada klien untuk memahami informasi yang
diberikan dan melaksanakannya
2.
Tentukan
tingkat perbedaan pasien melihat dirinya dari budaya kelompok
3.
Gunakan pihak ketiga bila perlu
4. Terjemahkan
terminologi gejala pasien ke dalam bahasa kesehatan yang di pahami oleh klien
dan orang tua.
5.
Berikan
informasi pada klien tentang sistem pelayanan kesehatan
Perawat dan klien harus mencoba
untuk memahami budaya masing - masing melalui proses
akulturasi, yaitu proses mengidentifikasi persamaan dan perbedaan budaya yang
akhirnya akan memperkaya budaya budaya mereka.
Bila perawat tidak memahami budaya
klien maka akan timbul rasa tidak
percaya sehingga hubungan terapeutik antara perawat dengan klien akan
terganggu. Pemahaman budaya klien amat mendasari efektifitas keberhasilan
menciptakan hubungan perawat dan klien yang bersifat terapeutik.
percaya sehingga hubungan terapeutik antara perawat dengan klien akan
terganggu. Pemahaman budaya klien amat mendasari efektifitas keberhasilan
menciptakan hubungan perawat dan klien yang bersifat terapeutik.
D. Evaluasi
Evaluasi asuhan keperawatan dilakukan terhadap keberhasilan klien tentang mempertahankan budaya yang sesuai dengan kesehatan,
mengurangi budaya klien yang tidak sesuai dengan kesehatan atau beradaptasi
dengan budaya baru yang mungkin sangat bertentangan dengan budaya
yang dimiliki klien. Melalui evaluasi bisa diketahui latar belakang budaya
pasien.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Perawat
adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikankeperawatan,
berwenang di negara bersangkutan untuk memberikan pelayanan dan bertanggung
jawab dalam peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit serta pelayanan
terhadap pasien.
Implikasi berfungsi membandingkan antara hasil penelitian yang lalu dengan
hasil penelitian yang baru dilakukan.
Transcultural nursing adalah suatu
area/wilayah keilmuwan budaya pada proses belajar dan praktek keperawatan yang
fokus memandang perbedaanh dan kesamaan diantara budaya dengan menghargai
asuhan, sehat, sakit didasarkan pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan
tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya
budaya atau keutuhan budaya kepada manusia (leininger, 2002).
Transculturasi dalam praktek
keperawatan meliputi
1. Keperawatan
2. Mempertahankan
budaya
3. Perilaku
sehat-sakit
4. Negosiasi
budaya
5. Restrukturisasi
6. Budaya
7. Proses
keperawatan ( pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan dan pelaksanaan dan
evaluasi ).
SARAN
Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari para
pembaca untuk perbaikan di makalah-makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Cultural Diversity in Nursing,
Transcultural Nursing ; Basic Concepts and Case Studies,
Tim penyusun kamus pusat bahasa.
2005. Kamus besar bahasa indonesia. Jakarta: Balai pustaka
Ditelusuri tanggal 09 November 2015
http://Transcultural NursingModels ;
Theory and Practice,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar