BAB I
PENDAHULUAN
1.1 latar Belakang
Tindakan
keparawatan dapat dianggap sebagai suatu intruksi untuk perawat yang merawat
klien. Perawat akan meninggalkan instruksi untuk perawat lainnya tentang
bagaimana perawatan yang sebaik mungkin dapat diberikan kepada klien-klien
tertentu. Instruksi perawat (nursing order) adalah suatu bentuk tindakan
keperawatan yang menunjukan perawatan dan pengobatan yang khusus, dimana
perawat mempunyai wewenang untuk melakukannya pada satu klien tertentu.
Perawatan dan pengobatan dirancang untuk membantu klien mencapai satu atau
lebih dari satu tujuan perawatan, sehingga dapat mengurangi masalah klien.
1.2 Rumusan Masalah
a.
Mahasiswa
belum mengetahui cara mengklasifikasikan prioritas masalah.
b.
Mahasiswa
belum mengetahui cara memformulasikan prioritas masalah dengan benar.
c.
Mahasiswa
belum mengetahui cara melaksanakan secara habitual prioritas maslah dengan
akurat.
d.
Mahasiswa
belum mengetahui cara mengapikasikan kemampuan berpikir kritis dalam menentukan
prioritas.
e.
Mahasiswa
belum mengetahui cara mengintegrasikan kemampuan berpikir kritis dalam
menentukan prioritas.
f.
Mahasiswa
belum mengetahui cara menunjukkan kemampuan berpikir kritis dalam menentukan
prioritas.
g.
Mahasiswa
belum mengetahui cara mengaplikasikan cara merumskan tujuan keperawatan.
h.
Mahasiswa
belum mengetahui cara mengintregrasikan merumuskan tujuan keperawatan dengan
benar.
i.
Mahasiswa
belum mengetahui cara mahir dalam merumuskan tujuan keperawatan.
j.
Mahasiswa
belum mengetahui cara menyebutkan cara merumuskan intervensi keperawatan.
k.
Mahasiswa
belum mengetahui cara mendiskusikan cara intervensi keperawatan secara benar.
l.
Mahasiswa
belum mengetahui cara mendemonstrasikan cara merumuskkan intervensi keperawatan
secara akurat.
1.3 Tujuan
a.
Mahasiswa
dapat mengetahui cara mengklasifikasikan prioritas masalah.
b.
Mahasiswa
dapat mengetahui cara memformulasikan prioritas masalah dengan benar.
c.
Mahasiswa
dapat mengetahui cara melaksanakan secara habitual prioritas maslah dengan
akurat.
d.
Mahasiswa
dapat mengetahui cara mengapikasikan kemampuan berpikir kritis dalam menentukan
prioritas.
e.
Mahasiswa
dapat mengetahui cara mengintegrasikan kemampuan berpikir kritis dalam
menentukan prioritas.
f.
Mahasiswa
dapat mengetahui cara menunjukkan kemampuan berpikir kritis dalam menentukan
prioritas.
g.
Mahasiswa
dapat mengetahui cara mengaplikasikan cara merumskan tujuan keperawatan.
h.
Mahasiswa
dapat mengetahui cara mengintregrasikan merumuskan tujuan keperawatan dengan
benar.
i.
Mahasiswa
dapat mengetahui cara mahir dalam merumuskan tujuan keperawatan.
J.
Mahasiswa
dapat mengetahui cara menyebutkan cara merumuskan intervensi keperawatan.
k.
Mahasiswa
dapat mengetahui cara mendiskusikan cara intervensi keperawatan secara benar.
l.
Mahasiswa
dapat mengetahui cara mendemonstrasikan cara merumuskkan intervensi keperawatan
secara akurat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Prioritas Masalah dalam
tindakan keperawatan.
Mengklasifikasikan prioritas
masalah yaitu mengelompokkan masalah yang paling penting atau memerlukan
perhatian khusus dan masalah yang dapat ditunda. Biasanya masalah yang paling penting
yang memerlukan indakan medis segera. Setelah itu, kita harus melihat tujuan
yang ingin dicapai saat klien pulang nanti. Hal ini perlu dilakukan untuk
memutuskan apa yang harus dilakukan pertama kali dari keseluruhan asuhan
keperawatan.
Untuk dapat mengklasifikasikan
prioritas masalah maka memerlukan kemampuan dan keterampilan berpikir krits
sehingga dapat:
1. Mentukan masalah mana yang
memerlukan pehatian khusus dan masalah mana yang dapat ditunda.
2.
Menentukan
masalah mana yang menjadi tanggung jawab kita dan masalah mana yang perlu
dirujuk pada tim kesehatan lain.
3.
Menentukan
masalah mana yang sesuai dengan tandar asuhan ke[erawatan dan mana yang dapat
menggunakan clinical pathway (kerja sama antar tim kesehatan).
4. Menentukn masalah mana yang tidak
termasuk dalam standar keperawatan, tetapi harus dirumuskan agar dapat diatasi
sebelum klien pulang nanti.
Banyak faktor yang
dipertimbangkan dalam memprioritaskan masalah. Salah satunya adalah prioritas
berdasarkan kebutuhan dasar manusia menurut Moslow. Berikut ini prioitas
menurut Moslow.
1. Prioritas ke-1
Masalah mengancam kehidupan,
yaitu kebutuhan fisiolois.
2.
Prioritas
ke-2
Masalah yang mengganggu keamanan
dan kenyamanan.
3.
Prioritas
ke-3
Masalah yang behubunga dengan
cinta mencintai.
4.
Prioritas
ke-4
Masalah yang mempengaruhi harga
diri.
5.
Prioritas
ke-5
Masalah yang mengganggu
pencapaian tujuan pribradi.
Dalam memformulasikan prioritas
masalah digunakan prinsip-prinsip dasar, yaitu:
1. Menggunakan Hierarki Moslow.
2. Mengidentifikasi prioitas utama
dan masalah mana yang memunyai kontribusi terhadap masalah lain.
Kemampuan seseoang perawat dalam
menentukan prioritas masalah akan dipengaruhi oleh kemampuan perawat tentang
hal-hal berikut:
1. Persepsi klien terhadap prioritas
masalah. Bila klien tidak seruju dengan prioritas yang ditetapkan maka
perencanaan yang dibuat kemungkinan tidak akan berhasil.
2.
Gambaran
masalah klien secara keseluruhan.
3.
Status
kesehatan klien secara keseluruhan an perencanaan klien pulang.
4. Lamanya hari perawatan yang
diinginkan.
Proses penilaian prioritas
dimulai dengan daftar diagnosis keperawatan. Penyusunan diagnosis yang
berdasarkan prioritas ini mencakup memikirkan dan memutuskan urutan prefensi
masalah klien. Akan tetapi, pengamblan keputusan ini tidak berarti bahwa satu
masalah harus dipecahkan secara tuntas sebelum masalah lain ditindak lanjutin.
Biasanya beberapa dianogsis difokuskan secara bersamaan.
Tindakan memilih satu dignosis
yang paling penting didasarkan beberapa faktor masalah yang mengancam jiwa dan
kesehatan sumber-sumber, waktu, manusia, dan materi yang tersedia. Keterlibatan
klien dan standar pedoman kebijakan, prosedur, hukum dan peraturan semua
berperan dalam penilain prioritas.
2.2 Kemampuan berpikir kritis dalam
menentukan prioritas tindakan keperawatan.
Berpikir kritis adalah proses mental
untuk menganalisis atau mengevaluasi informasi. Pemikiran kritis dalam praktis
keperawatan adalah seseorang mempnyai keterampilan pengetahuan untuk
menganalisis, menerapkan standar mencari informasi menggunakan alasan rasional,
memprediksi dan melakukn transformasi pengetahuan.
Fungsi berpikir kritis dalam keperawatan:
1. Merumuskan dan menjelaskan
keyakinantentang aktivitas keperawatan.
2.
Penggunaan
proses berpikir kritis dalam aktivitas keperawatan sehari-hari.
3. Membedakan sejumlah penggunaan
dan isu-isu dalam keperawatan.
Berpikir
kritis dalam setiap proses keperawatan
Berpikir kritis dalam tahap pengkajian
adalah proses pemahaman tentang informasi apa yang dikumpulkan, metode
pengumpulan data yang akan dilakukan, berpikir tentang kesesuaian informasi,
dan membuat suatu kesimpulan tentang respon klien terhadap kondisi sakitnya.
Berpikir kritis dalam tahap
perencanaan adalah menggunakan untuk mengembangkan hasil yang diharapkan.
Berpikir kritis dalam tahap
implementasi adalah keterampilan dalam menguji hipotesis, karena tindakan
keperawatan adalah tindakan nyata yang menentukan tingkat kebersihan untuk
mencapai tujuan.
Berpikir kritis dalam tahap evaluasi
adalah mengkaji efektivitas tindakan dimana perawat harus dapat mengambil
keputusan tentang pemenuhan kebutuhan dasar klien dan memutuskan apakah
tindakan keperawatan perlu diulang.
1.
Berdasarkan
masalah/ diagnosis keperawatan yang telah dirumuskan.
2.
Meupakan
hasil akhir ang ingin dicapai.
3.
Harus
objektif atau merupakan tujuan operasional langsung dari kedua belah pihak
(klien perawat).
4.
Tujuan keperawatan hendaknya sejalan dengan
tujuan klien.
5.
Mencakup tujuan jangka pendek dan tujuan jangka
panjang.
6.
Mencakup kriteria keberhasilan sebagai dasar
evaluasi.
7.
Menjadi pedoman dari perencanaan tindakan
keperawatan.
Suatu pernyataan tujuan pertama-tama
diperlukan agar perawat tahu secara khusus apa yang perawat harapkan untuk
dicapai bersama-sama dengan klien. Tanpa suatu
pernyataan tujuan yang jelas, perawat tidak mengetahui apakah akhir yang
diinginkan telah tercapai. Suatu pernyataan tujuan yang jelas, akan menunjukkan
hasil dari tindakan keperawatan dan btas waktu yang dibutuhkan. Terdapat dua
kategori tujuan, yaitu jangka pendek dan jangka panjang. Tujuan jangka panjang adalah
hasil yang dalam pencapaiannya memerlukan waktu lebih lama. Tujuan jangka
pendek tepat digunakan untuk keadaan emergenci dinamakan kondisi klien tidak
stabil.
2.3 Cara merumuskan tujuan keperawatan dalam
keperawatan dalam tindakan keperawatan.
Kriteria
rumusan tujuan keperawatan.
1.
Berfokus
kepada klien. Pernyataan tujuan harus merupakan perilaku klien yang menunjukkan
berkurangnya masalah klien. Masalah tersebut telah diidentifikasi dalam
diagnosis keperawatan.
2.
Jelas
dan singkat.
3.
Dapat
diukur dan diobservasi.
4.
Waktu
relatif dibatasi (jangka pendek, menengah dan panjang).
5.
Realistik
untuk kemampuan/kondisi klien dalam waktu seperti yang ditetapkan.
6.
Realistik
untuk tingkat pengalaman dan keterampilan perawat.
7.
Ditentukan
bersama oleh perawat dan klien.
8.
Tujuan
harus sejalan dan menyokong terapi.
Perumusan
Kriteria Keberhasilan:
1. Merupakan model atau standar yang
digunakan untuk membuat keputusan.
2.
Dinyatakan
sebagai hasil, misalnya merupakan perubahan status kesehatan.
3.
Menentukkan
apakah tujuan dapat dicaapai.
4.
Menentukkan
kriteria keberhasilan yang ditentukan, yang mencakup perilaku, apa yang
dilakukan oleh klien dan bagaimana kemampuan klien sebelum mencapai tujuan
manisfestasi terhadap respon manusia: KAAP (kognitif, afektif, psikomotor dan
perubahan fungsi tubuh).
Ø
Kognitif:
pengetahuan, berdasarkan pengulangan informasi yang telah diajarkan kepada
klien.
Ø
Affektif:
mengetahui bagaimana respon klien dan keluarga terhadap stres yang dihadapi
(status emosional).
Ø
Psikomotor:
mengidentifikasi apa yang seharusnya bisa dilaksanakan oleh klien sebagai hasil
dari rencana pengajaran.
Ø
Perubahan
fungsi tubuh: sejumlah manifestasi yang didapat di observasi.
Ciri-ciri
kriteria keberhasilan:
1. Berhubungan dengan tujuan.
2.
Bersifat
khusus dan konkrit.
3.
Hasilnya
dapat dilihat, didengar, diraba, dan diukur oleh orang lain.
4. Dinyatakan dengan istilah yang
positif.
Contoh:
Tujuan:
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama tujuh hari, klien mampu merawat
kebersihan diri sendiri tanpa bantuan perawat, kriteria:
1. Klien dapat mandi sendiri minimal
1x sehari.
2.
Klien
dapat mengganti pakaian sendiri minimal 1x sehari.
3. Mampu bedandan dengan rapi sesuai
dengan waktu dan tepat.
Formulasi
Rumusan Tujuan Keperawatan:
1.
Subjek(klien).
2.
Perilaku
klien yang dapat diamati oleh orang lain.
3.
Prediksi
(kondisi).
4.
Kriteria
keberhasilan.
Petunjuk
umum dalam menulis tujuan:
1. Tulislah tujuan dalan istilah
yang dapat diukur. Hindari kata-kata: baik, normal, cukup dan perbaikan.
2.
Tulislah
tujuan dalam istilah yang dapat dicapai oleh klien, bukan indakan keperawatan.
3.
Tulis
tujuan sesingkat mungkin.
4.
Buat
tujuan yang spesifik.
5.
Setiap
tujuan berdasarkan dari satu diagnosis keperawatan.
6. Rencanakan batas waktu untuk
pencapaian tujuan. Tulis tanggal tujuan dan tanggal evaluasi.
Secara umum SMART: spesific, measurable,
achievable, reality and time (singkat, jelas , dapat dimengerti, spesifik,
dapat diukur, da[pat dinili, realistis, berdasarkan diagnosis keperawatan dan
kriteria waktu tertentu).
2.4 cara merumuskan intervensi
keperawatan dalam tindakan keperawatan.
Intervensi keperawatan adalah aktivitas
yang dilakukan oleh perawat untuk memonitor status keehatan, meminimalkan
resiko, mengatasi atau mengontrol masalah dan membantu aktivitas sehari-hari.
Intervensi
keparawatan dibagi menjadi dua kategori:
1. intervensi keperawatan langsung.
Yaitu kegiatan yang dilakukan
langsung berinteraksi dengan klien. Seperti membantu klien turun dafri tempat
tidur atau memberikan pendidikan kesehatan tentang Diabetes Melitus.
2.
Intervensi
keperawatan tidak langsung.
Yaitu kegiatan yang dilakukan
tanpa langsung berhadapan dengan klien. Misalnya: memonitor hasil pemeriksaan
laboraturium atau memindahkan klien dari satu ruangan keruangan yang lain.
Intervensi
keerawatan harus ditulis secara ringkas, singkat, serta mencakup ospek-spek
berikut:
1. Apa kegiatan yang dilakukan
kepada klien.
2.
Kapan
seharusnya dilakukan.
3.
Siapa
yang akan melakukan.
4. Kapan sebaiknya intervensi
dievaluasi.
Dokumentasi rencana keperawatan harus
ditandatangani oleh perawatan yang membutnya agar dapat bertanggung jawab.
Intervensi keperawatan akan mengarahkan perawat dalam merawat klien. Oleh
karena itu, penting sekali untuk mencatat rangkaian intervensi keperawatan
berdasarkan prioritasnya.
Sebelum
menulis rencana asuhan keperawatan, harus memastikan hal-hal berikut:
1. Data sudah lengkap, mencapai
hal-hal berikut:
·
Pengkajian
riwayat kesehatan saat masuk.
·
Diagnosis
keperawatan saat masuk.
·
Alasan
mengunjungi pelayanan kesehatan.
·
Data
penunjang: laboraturium, latar belakang psikososiokultural.
·
Data
hasil pemeriksa fisik.
Data penunjang lainnya: hasil
observasi dari tim kesehatan lain.
2. Catat masalah actual, potensial,
atau kemungkinan. Tentukan masalah keperawatan prioritas, setelah dianogsis
keperawatan ditulis, menjawab pernyataan berikut:
·
Apakah
masalah dan dianogsis keperawatan telah ditulis dengan jelas dan singkat?
·
Apakah
diagnosis keperawatan yang ditulis telah didasarkan atas data objektif dan
subjektif yang dikumpulkan?
·
Apakah
profesi kesehatan yang lain mengerti apa yang ditulis?
·
Apakah
diagnosis potensial dan kemungkinan telah ditulis dengan benar?
·
Apakah
setiap masalah sudah diberi tanggal?
3.
Untuk
membuat perencanaan keperawatan agar lebih dimengerti, dapat menggunakan
ilustrasi atau grafik.
·
Tertulis
tujuan dan kriteria hasil dengan jelas, spesifik, dapat diatur, serta
berhubungan dengan diagnosis keperwatan.
·
Gunakan
kata kerja perintah dalam menulis intervensi keperawatan.
·
Tulislah
rasionala dari intervensi yang dilakukan.
·
Gunakan
pena dengan tinta hitam atau biru dan slalu ditandatangani. Jika salah, jangan
gunakan tipe-x, tetepi dicoret kemudian dibubuhi paraf di tempat coretan.
·
Pertahankan
perencanaan sebagai data permanen klien.
·
Bila
memungkinkan, biarkan klien dan keluarga untuk berkontribusi dan terlibat aktif
dalam proses perencanaan.
·
Tinjauan
ulang dan perbaikan perencanaan sesuai dengan perkembangan kondisi klien setiap
hari atau setiap periode.
Rumusan
intervensi keperawatan
1. Terapkan data dasar, yaitu data
fokus yang berupa tanda dan gejala dari masalah.
2. Periksa instruksi pengobatan yang
berhubungan dengan intervensi keperawatan dan kaitannya dengan masalah
keperawatan (clinical pathway/ protocol) maka gunakan sebagai kerangka berfikir
dan lakukan motivasi sesuai kondisi klien
|
|
|
|||||
|
|||||||
|
|||||||
3.
Identifikasi
program pemantauan masalah potensial, yaitu:
a. Apa yang akan anda pantau.
b. Seberapa sering masalah tersebut
dipantau.
c. Seberapa sering masalah tersebut
dicatat.
4.
Identifikasi
intervensi pencegahan.
Yakinkan bahwa intervensi telah
ejalan dengan terapi yang lain.
5.
Lakukan
intervensi sejalan dengan yang lain.
6.
Pertimbangkan
pilihan klien semaksimal mungkin.
7.
Lakukan
intervensi pendidikan kesehatan.
8.
Konsultasikan
dengan profesi yang lain.
9.
Yakinkan
intervensi spesifik dengan kerja yang jelas.
Intervensi keperawatan meliputi:
a.
Aukultasi
suara paru setiap jam.
b.
Bantu
klien untuk melakukan bentuk efektif dan latihan nafas dalam. Jangan
menggunakan bantal untuk menahan lokasi dan sisi.
c.
Jelaskan
motivasi klien tentang pentingnya batuk efektif dan nafas dalam.
d.
Catat
suar nafas dab sputum tiap pertukaran shift.
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpilan
Mengklasifikasikan prioritas
masalah yaitu mengelompokkan masalah yang paling penting atau memerlukan
perhatian khusus dan masalah yang dapat ditunda. Biasanya masalah yang paling
penting yang memerlukan indakan medis segera. Setelah itu, kita harus melihat
tujuan yang ingin dicapai saat klien pulang nanti. Hal ini perlu dilakukan
untuk memutuskan apa yang harus dilakukan pertama kali dari keseluruhan asuhan
keperawatan.
Untuk dapat mengklasifikasikan
prioritas masalah maka memerlukan kemampuan dan keterampilan berpikir krits
sehingga dapat:
1. Mentukan masalah mana yang
memerlukan pehatian khusus dan masalah mana yang dapat ditunda.
2.
Menentukan
masalah mana yang menjadi tanggung jawab kita dan masalah mana yang perlu
dirujuk pada tim kesehatan lain.
3.
Menentukan
masalah mana yang sesuai dengan tandar asuhan ke[erawatan dan mana yang dapat
menggunakan clinical pathway (kerja sama antar tim kesehatan).
4.
Menentukn
masalah mana yang tidak termasuk dalam standar keperawatan, tetapi harus
dirumuskan agar dapat diatasi sebelum klien pulang nanti.
3.2 Saran
Penulis menyarankan agar petugas
kesehatan dapat bekerja secara profesinal dalam menjalankan tugas dan kewajiban
sebagai seorang perawat yang ideal dan bertanggung jawab. Sehingga pasien dapat
mersakan kepuasan atas asuhan keperawtan yang diberikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar