KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan ke
Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya
sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya.
Dalam makalah ini kami membahas tentang Konsep Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman.
Makalah ini dibuat dengan berbagai
observasi dan beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan
tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah ini. Oleh karena itu, kami
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak
kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu kami mengundang
pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat membangun kami. Kritik
konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah
selanjutnya.
Akhir
kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.
Palembang, November 2013
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul...................................................................................................................
i
Kata Pengantar.................................................................................................................. ii
Daftar Isi.......................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang...................................................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah.................................................................................................. 1
C.
Tujuan.................................................................................................................... 1
BAB II LANDASAN TEORI
A.
Pengertian.............................................................................................................. 2
B.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keamanan dan Kenyamanan......................... 3
C.
Faktor-faktor Penyebab Nyeri............................................................................... 5
D.
Fisiologi Nyeri....................................................................................................... 5
E.
Klasifikasi Nyeri.................................................................................................... 6
BAB PEMBAHASAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ada banyak permasalahan yang berhubungan
dengan kebutuhan pemenuhan rasa aman, dimulai dari usia bayi, toddler,
prasekolah, sekolah, remaja, dewasa dan lansia.
Kebutuhan rasa aman yaitu suatu keadaan bebas
dari segala fisik dan psikologis merupakan salah satu KDM yang harus dipenuhi,
serta dipengaruhi dengan factor lingkungan, Karena lingkungan yang aman akan
secara otomatis kebetuhan dasar manusia terpenuhi.
Seringkali terjadi hal kelainan terhadap
klien yang berusia lanjut atau lansia dikarenakan kurangnya perhatian terhadap
klien. Untuk itu sebagai perawat membri ASKEP (Asuhan Keperawatan) kmepada
klien yang mengalami gangguan kebutuhan rasa aman haruslah bener-bener
diperhatikan agar kebutuhan klien terpenuhi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka
penulis membuat rumusan masalah berupa bagaimanakah konsep dasar dari kebutuhan
rasa aman dan nyaman.
C. Tujuan
1.
Tujuan Umum
Agar setiap mahasiswa dapat memahami, menjelaskan pemenuhan
kebutuhan rasa aman.
2.
Tujuan Khusus
a.
Diharapkan mahasiswa/I
dapat mengerti dan menambah pengetahuan tentang “Askep pada Klien Pemenuhan
Kebutuhan Rasa Nyaman”.
b.
Sebagai pemenuhan tugas KDM
II (Kebutuhan Dasar Manusia)
BAB II
LANDASAN TEORI
A. PENGERTIAN
a.
Keamanan
adalah keadaan bebas dari cedera fisik dan psikologis
atau bisa juga keadaan aman dan tentram (Potter& Perry, 2006)
Perubahan
kenyamanan adalah keadaan dimana individu mengalami sensasi yang tidak
menyenangkan dan berespons terhadap suatu rangsangan yang berbahaya (Carpenito,
Linda Jual, 2000)
Keamanan
Kebutuhan fisiologis yang terdiri dari kebutuhan terhadap
oksigen, kelembaban yang optimum, nutrisi, dan suhu yang optimum akan
mempengauhi kemampuan seseorang.
1. Oksigen
a.
Bahaya
umum yang ditemukan Keamanan
dirumah adalah sistem pemanasan yang tidak berfungsi
dengan baik dan pembakaran yang tidak mempunyai sistem pembuangan akan menyebabkan
penumpukan karbondioksida.
2.
Kelembaban
Kelembaban akan mempengaruhi kesehatan dan keamanan
klien, jika kelembaban relatifnya tinggi maka kelembaban kulit akan terevaporasi dengan lambat
3. Nutrisi
Makanan yang tidak disimpan atau disiapkan dengan tepat
atau benda yang dapat menyebabkan kondisi kondisi yang tidak bersih akan meningkatkan
resiko infeksi dan keracunan makanan.
Cara
Meningkatkan keamanan:
1. Mengkaji
tingkat kemampuan pasien untuk melindungi diri
2. Menjaga
keselamatan pasien yang gelisah
3. Mengunci
roda kereta dorong saat berhenti
4. Penghalang
sisi tempat tidur
5. Bel
yg mudah dijangkau
6. Meja
yang mudah dijangkau
7. Kereta
dorong ada penghalangnya
8. Kebersihan
lantau
9. Prosedur
tindakan.
b. Kenyamanan
Nyeri adalah kondisi
suatu mekanisme prolektif tubuh ayng timbul bilamana jaringan mengalami
kerusakan dan menyebabkan individu tersebut bereaksi untuk menghilangkan
rangsangan tersebut. (Guyton Hall, 1997)
a. Nyeri
Akut
Nyeri akut adalah suatu
keadaan dimana seseorang melaporkan adanya ketidaknyamanan yang hebat. Awitan
nyeri akut biasanya mendadak, durasinya singkat kurang dari 6 bulan.
b. Nyeri
Kronik
Nyeri kronik adalah keadaan dimana seorang
individu mengalami nyeri yang berlangsung terus menerus, akibat kausa keganasan
dan non keganasan atau intermiten selama 6 bulan atau lebih
c. Mual
Mual adalah keadaan dimana individu mengalami
sesuatu ketidaknyamanan, sensasi seperti gelombang dibelakang tenggorokan
epigastrium, atau seluruh abdomen yang mungkin atau mungkin tidak menimbulkan
muntah.
B. FAKTOR-FAKTOR MEMPENGARUHI KEAMANAN DAN KENYAMANAN
1. Emosi
Kecemasan, depresi, dan
marah akan mudah terjadi dan mempengaruhi keamanan dan kenyamanan
2. Status Mobilisasi
Keterbatasan aktivitas,
paralisis, kelemahan otot, dan kesadaran menurun memudahkan terjadinya resiko
injury
3. Gangguan Persepsi Sensory
Mempengaruhi adaptasi
terhadaprangsangan yang berbahayaseperti gangguan penciuman dan penglihatan
4. Keadaan Imunits
Gangguan ini akan
menimbulkan daya tahan tubuh kurang sehingga mudah terserang penyakit
5. Tingkat Kesadaran
Pada pasien koma, respon
akan enurun terhadap rangsangan, paralisis, disorientasi, dan kurang tidur.
6. Informasi atau Komunikasi
Gangguan komunikasi
seperti aphasia atau tidak dapat membaca dapat menimbulkan kecelakaan.
7. Gangguan Tingkat Pengetahuan
Kesadaran akan terjadi
gangguan keselamatan dan keamanan dapat diprediksi sebelumnya.
8. Penggunaan antibiotik yang tidak rasional
Antibiotik dapat menimbulkan resisten dan anafilaktik
syok
9. Status nutrisi
Keadaan kurang nutrisi
dapat menimbulkan kelemahan dan mudah menimbulkan penyakit, demikian sebaliknya
dapat beresiko terhadap penyakit tertentu.
10. Usia
Pembedaan perkembangan yang ditemukan diantara kelompok
usia anak-anak dan l ansia
mempengaruhi reaksi terhadap nyeri
11. Jenis Kelamin
Secara umum pria dan
wanita tidak berbeda secara bermakna dalam merespon nyeri dan tingkat
kenyamanannya.
12. Kebudayaan
Keyakinan dan
nilai-nilai kebudayaan mempengaruhi cara individu mengatasi nyeri dan tingkat
kenyaman yang mereka punyai
C. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB NYERI
1. Stimulasi Mekanik
Disebut trauma mekanik
adanya suatu penegangan akan penekana jarinagan
2. Stimulus Kimiawi
Disebabkan oleh bahan
kimia
3. Stimulus Thermal
Adanya kontak atau
terjadinya suhu yang ekstrim panas yang dipersepsikan sebagai nyeri 44°C-46°C
4. Stimulus Neurologik
Disebabkan karena
kerusakan jaringan saraf
5. Stimulus Psikologik
Nyeri tanpa diketahui
kelainan fisik yang bersifat psikologis
6. Stimulus Elektrik
Disebabkan oleh aliran listrik
D. FISIOLOGI NYERI
Antara stimulus cedera jaringan dan pengalaman subyektif
nyeri terhadap empat proses tersendiri: Transduksi, transmisi, modulasi, dan
persepsi. Transduksi nyeri adalah proses rangsangan yang mengganggu sehingga
menimbulkan aktivitas listrik di reseptor nyeri. Trasmisi nyeri melibatkan
proses penyaluran impuls nyeri dari tempat terinduksi melewati saraf perifer
sampai termal di medula spinalis dan jaringan neoron-neuron pemancar yang naik
dan medula spinalis ke otak. Medulasi nyeri melibatkan aktivitas saraf melalui
jalur-jalur saraf desendens dari otak yang dapat mempengaruhi transmisi nyeri
yang setinggi medula spinalis. Medulasi juga melibatkan faktor-faktor kimiawi
yang menimbulkan atau meningkatkan aktivitas direseptor nyeri aferen primer.
Akhirnya, persepsi nyeri adalah pengalaman subyektif nyeri yang bagaimanapun
juga dihasilkan oleh aktivitas transmisi nyeri oleh saraf.
MUAL
Mual dapat dijelaskan sebagai perasaan yang sangat tidak
enak dibelakang tenggorokan dan epigastrium, sering menyebabkan muntah.
Terdapat berbagai perubahan aktivitas saluran cerna yangberkaitan dengan mual
seperti meningkatnya salivasi, menurunnya tonus lambung dan peristaltik.
Peningkatan tonus duodenum dan jejenum menyebabkan terjadinya refluks isi
dodenum kedalam lambung. Namun demikian, tidak terdapat bukti yang mengesankan
bahwa inimenyebabkan mual. Tanda dan gejala mual sering kali adalah pucat,
meningkatnya salivasi, hendak muntah, hendak pingsan, berkeringat, da
takikardia.
E. KLASIFIKASI NYERI
1. nyeri berdasarkan kualitasnya
Ø nyeri yang menyayat
Ø nyeri yang menusuk
2. nyeri berdasarkan tempatnya
Ø nyeri superfisial/nyeri permukaan tubuh
Ø nyeri dalam/nyeri tusuk bagian dalam
Ø nyeri ulseral/nyeri dari tusuk jaringan ulseral
Ø nyeri neurologis/nyeri dari kerusakan saraf perifer
Ø nyeri menjalar/nyeri akibat kerusakan jaringan ditempat
lain
Ø nyeri sindrom/nyeri akibat kehilangan sesuatu bagian
tubuh karena pengalaman masa lalu
Ø nyeri patogenik/nyeri tanpa adanya stimulus
3. nyeri berdasarkan serangannya
Ø nyeri akut: nyeri yang timbul tiba-tiba, waktu kurang
dari 6 bulan
Ø nyeri kronis: nyeri yang timbul terus-menerus, waktu
lebih atau sama 6 bulan
4. nyeri menurut sifatnya
Ø nyeri timbul sewaktu-waktu
Ø nyeri yang menetap
Ø nyeri yang kumat-kumatan
5. nyeri menurut rasa
Ø nyeri yang cepat: nyeri yang menusuk
Ø nyeri difus: nyeri normal yang bisa dirasaka
6. nyeri menurut kegawatan
Ø nyeri ringan
Ø nyeri sedang
Ø nyeri berat
BAB III
PEMBAHASAN
Lingkungan
klien mencakup semua factor fisik dan psikososial yang memepengaruhi atau
berakibat terhadap kehidupan dan kelangsungan hidup klien. Definisi yang luas
tentang lingkungan ini menggabungkan seluruh tempat terjadinya interaksi antara
perawat dan klien.
Keamanan
yang ada dalam lingkungan ini akan mengurangi insiden terjadinya penyakit dan
cedera, memperpendek lama tindakan dan hospitalisasi, meningkatkan atau
mempertahankan status fungsi klien dan meningkatkan kesejahteraan klien.
Lingkungan yang aman juga akan memberikan perlindungan kepada staffnya dan
memungkinkan mereka dapata bekerja secara optimal. Lingkungan yang aman adalah
salah satu kebutuhan dasar yang terpenuhi (Potter&Perry, 2005).
Jenis
dasar resiko terhadap keamanan klien di dalam lingkungan pelayanan kesehatan
adalah jatuh, kecelakaan yang disebabkan oleh klien, kecelakaan yang disebabkan
oleh prosedur, dan kecelakaan yang disebabkan oleh penggunaan alat.
(Potter&Perry, 2005).
1. Jatuh
Jatuh merupakan 90% jenis
kecelakaan yang dilaporkan dari seluruh kecelakaan yang terjadi di rumah sakit.
Resiko jatuh lebih besar dialami oleh klien lansia. Selain usia, riwayat jatuh
terdahulu, masalah pasa sikap berjalan dan mobilisasi, hipotensi postural,
perubahan sensorik, disfungsi saluran dan kandung kemih, dan beberapa kategori
diagnose tertentu seperti kanker, penyakit kardiovaskuler, neurologi, dan
penggunaan obat-obatan dan interaksi obat juga dapat menyebabkan jatuh
modifikasi dalam lingkungan pelayanan kesehatan dengan mudah mengurangi resiko jatuh.
Pegangan yang aman ditoilet, kunci pada tempat tidur, pagar tempat tidur dan
bel pemanggil beberapa bentuk keamanan yang ditemukan dalam pelayanan kesehatan
Tindakan yang dapat
dilakukan untuk mencegah jatuh :
-
Orientasikan klien terhadap lingkungan fisik sekitarnya
-
Jelaskan penggunaan system bel pemanggil
-
Kaji resiko klien untuk jatuh
-
Tempatkan klien yang beresiko jatuh dekat dengan ruangan perawat
-
Ingatkan seluruh petugas terhadap resiko klien jatuh
-
Instruksikan klien dan keluarga untuk mencari bantuan bila klien bangun dari
tempat tidur
-
Jawablah panggilan bel klien dengan cepat
-
Jaga agar tempat tidur klien tetap berada pada posisi rendah dengan sisi
pembatas tempat tidur yang terpasang jika diperlukan
-
Jaga barang-barang pribasi tetap berada dalam jangkuan klien
-
Kurangi keributan
-
Kunci seluruh temapt tidur, kursi roda atau brankar
-
Observasi klien secara teratur
-
Anjurkan keluarga untuk berpartisipasi dalam perawatan klien
(Potter&Perry, 2005).
2. Oksigen
Kebutuhan fisiologis yang
terdiri dari kebutuhan terhadap oksigen akan mempengaruhi keamanan pasien.
Menurut jurnal Pedoman Teknis Bangunan
Rumah Sakit yang aman dalam situasi darurat dan bencana, system gas medic harus
diatur seperti berikut :
1.
gas medik disimpan dengan
benar dan dipasang dalam area berventilasi cukup area penyimpanan dengan
kompartemen.
2.
lokasi yang benar dan aman
untuk penyimpanan gas medik.
3.
untuk penggunaan di
rumah sakit gas medik harus dalam pipa, minimum penyimpanan selama minimum 7
(tujuh) hari.
4.
tangki mempunyai segel (seal) utuh dan
aman dari pemasok.
5.
pipa gas medik yang dipasang di dinding
dilengkapi dengan penyangga pipa.
6.
angkur dilengkapi untuk
tangki, silinder, dan peralatan terkait.
7.
keselamatan sistem
distribusi gas medik (katup, pipa dan sambungan) terjamin.
8.
alat ukur fungsional dan fiting.
9.
menggunakan pipa standar
(kedap api, kedap air)
10. sambungan
pipa tidak boleh dipertukarkan.
11. melakukan
prosedur pengujian secara regular.
12. dengan
katup penutup zona dalam kasus kebocoran (contoh di dalam kasus kebakaran pada
kompleks ruang operasi, katup zona dapat menutup).
13. tangki
cadangan oksigen tersedia dalam kasus evakuasi pasien darurat.
14. gas industri diletakkan di luar bangunan dan
dilengkapi dengan pengaman penutup otomatis (contoh LPG).
15. apabila
aktifitas atau mungkin penyimpanan melibatkan bahaya ledakan, ventilasi ledakan
ke luar bangunan harus dilengkapi dengan kaca tipis atau ventilasi lain yang
disetujui.
16. semua
konstruksi yang secara aktif terlibat pengoperasian yang berbahaya harus
mempunyai tingkat ketahanan api 1 (satu) jam dan bukaan antara setiap bangunan
dan ruangan-ruangan atau ruang tertutup untuk pengoperasian yang berbahaya
harus diproteksi dengan pintu kebakaran yang menutup sendiri atau otomatik.
3. Pencahayaan
Rumah
sakit merupakan sarana pelayanan public yang penting. Kualitas pelayanan dalam
rumah sakit dapat ditingkatkan apabila didukung oleh peningkatan kualitas
fasilitas fisik. Ruang rawat inap merupakan salah satu wujud fasilitas fisik
yang penting keberadaannya bagi pelayanan pasien. Tata pencahayaan dalam ruang
rawat inap dapat mempengaruh kenyamanan pasien selama menjalani rawat inap,
disamping juga berpengaruh bagi kelancaran paramedis dalam menjalankan
aktivitasnya untuk melayani pasien.( Adi Santosa)
Depkes
RI (1992) mendefinisikan pencahayaan sebagai jumlah penyinaran pada suatu
bidang kerja yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efektif. Pada
rumah sakit intensitas pencahayaan antara lain sebagai berikut:
1.
untuk ruang pasien saat
tidak tidur sebesar 100-200 lux dengan warna cahaya sedang,
-
pada saat tidur maksimum 50 lux,
-
koridor minimal 60 lux,
-
tangga minimal 100 lux, dan
-
toilet minimal 100 lux.
Pencahayaan alam maupun buatan diupayakan
agar tidak menimbulkan silau dan intensitasnya sesuai dengan peruntukannya.
4. Kecelakaan yang disebabkan
oleh prosedur
Kecelakaan yang disebabkan
oleh prodesur terjadi selama terapi. Hal ini meliputi kesalahan pemberian
medikasi dan cairan. Perawat dapat melaksanakan sesuai prosedur agar tidak
terjadi kecelakaan. Menurut jurnal
PENGEMBANGAN BUDAYA PATIENT SAFETY DALAM PRAKTIK KEPERAWATAN oleh Lia
Mulyati dan Asep Sufyan ada enam (6) cara pemberian obat, antara lain :
Enam benar pemberian obat :
a.
Tepat obat: mengecek program terapi pengobatan dari dokter, menanyakan ada
tidaknya alergi obat, menanyakan keluhan pasien sebelum dan setelah memberikan obat,
mengecek label obat, mengetahui reaksi obat, mengetahui efek samping obat,
hanya memberikan obat yang didiapkan diri sendiri.
b.
Tepat dosis: mengecek program terapi pengobatan dari dokter, mengecek hasil
hitungan dosis dengan dengan perawat lain, mencampur/mengoplos obat.
c.
Tepat waktu: mengecek program terapi pengobatan dari dokter, mengecek tanggal
kadarluarsa obat, memberikan obat dalam rentang 30 menit.
d.
Tepat pasien: mengecek program terapi pengobatan dari dokter, memanggil nama
pasien yang akan diberikan obat, mengecek identitas pasien pada papan/kardeks
di tempat tidur pasien
e.
Tepat cara pemberian: mengecek program terapi pengobatan dari dokter, mengecek
cara pemberian pada label/kemasan obat.
f.
Tepat dokumentasi: mengecek program terapi pengobatan dari dokter, mencatat
nama pasien, nama obat, dosis, cara, dan waktu pemberian obat
Potensial terjadinya
infeksi akan berkurang bila ternik aseptic digunakan. Salah satu nya adalah
dengan cuci tangan yang benar.
Menurut DEPKES 2007, mencuci tangan adalah proses yang secara mekanis
melepaskan kotoran dan debris dari kulit tangan dengan menggunakan sabun biasa
dan air. Tujuan mencuci tangan menurut DEPKES 2007 adalah merupakan salah
satu unsur pencegahan penularan infeksi.
Adapun teknik cuci
tangan yang efektif sesuai prosedur cuci tangan menurut WHO (2007) yaitu
sebagai berikut ;
a. Dimulai cuci tangan dengan menggunakan air mengalir dan
bersih.
b. Menggunakan sabun cair atau sabun batangan, menggosokan
sabun tersebut sampai berbusa banyak.
c. Menggosokan ke bagian punggung tangan dengan jari tangan
menjalin secara bergantian, sebanyak 3 (tiga) kali.
d. Mengepalkan salah satu tangan dan menggosokan ke
permukaan tangan lainnya dimulai dengan menggosokan buku-buku jari tangan, kuku
tangan, dan ujung-ujung jari tangan secara bergantian, sebanyak 3 (tiga) kali
e. Memutar-mutar ibu jari tangan dengan salah satu tangan
yang dilakukan secara bergantian, sebanyak 3 (tiga) kali.
f. Membilas tangan dengan air mengalir mulai dari permukaan
tangan sampai dengan sikut tangan.
g. Mengeringkan tangan.
10 langkah
cuci tangan menggunakan sabun dan air
Teknik aseptic juga sering dilakukan dalam berbagai tindakan keperawatan di
ruang keperawatan, seperti dalam perawatan luka operasi (mengganti balutan). agar tidak terjadi infeksi pada
pasien dan terciptalah rasa aman dan nyaman.
5. Kecelakaan yang disebabkan
peralatan
Kecelakaan yang disebabkan
peralatan terjadi karena alat yang digunakan tidak berfungsi, rusak atau salah
digunakan. Hal-hal yang dapat terjadi antara lain kebakaran. Kebakaran dapat
terjadi karena listrik atau anestetik.
Menurut kemenkes Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit yang aman
dalam situasi darurat dan bencana dalam hal system listrik adalah sebagai
berikut :
1.
Sistem kelistrikan:
(1)
Generator darurat mempunyai kapasitas memenuhi kebutuhan prioritas rumah sakit
(ketentuan untuk sistem cadangan kelistrikan, termasuk untuk ruang operasi,
perawatan intensif dan lorong).
(2)
Voltase distribusi yang lebih tinggi, seperti sistem 380/220V-3 phase, 4 kawat
dipertimbangkan terhadap biaya awal rendah dan nilai tambah yang lebih besar
untuk effisiensi jangka panjang.
(3)
Rumah generator atau rumah sumber daya (Power House) di proteksi dari
bencana alam dan bencana yang dibuat manusia; dibuat dari beton yang diperkuat;
ketinggian lantainya lebih tinggi dari tanah.
(4)
Generator dan peralatan lainnya yang bergetar harus dipasang dengan pengikat
(bracket) khusus yang memungkinkan gerakan tetapi mencegahnya dari terjungkir.
(5)
mempunyai generator yang tidak berisik dan tidak bergetar; sistem buangan harus
dibuat dalam bentuk silencer jenis kritis, atau kualitas rumah sakit dan unit
dilengkapi dengan isolator getaran jika generator berada di dalam bangunan.
(6)
generator dilengkapi dengan sakelar pemindah otomatis.
(7)
menggunakan sistem pendingin transformer yang tidak mudah terbakar (yaitu jenis
kering, resin epoxy atau minyak silikon atau minyak temperatur tinggi)
(8)
menggunakan sistem proteksi bio (BPS), kawat mempunyai sertifikat standar,
lebih disukai dengan insulasi thermoplastik nilon tahan panas tinggi dan kabel
dipasang erat dan dikencangkan pada pemutus arus (CB) atau sakelar atau pengaman
kawat.
(9)
Pemutus beban, kontaktor magnetic, pengaman lebur, atau sakelar tanpa pengaman
lebur yang terpasang dalam panel control harus terproteksi.
(10)
Dalam kamar mandi dan dalam area basah atau lembab, kotak kontak harus
dilengkapi dengan pemutus kegagalan sirkit pembumian (GPAS = Gawai Proteksi
Arus Sisa).
(11)
Kotak kontak (stop kontak, outlet) dilengkapi dengan kutup pembumian.
(12)
Bagian-bagian metalik dari sistem elektrikal yang bukan konduit arus, dibumikan
dengan benar, termasuk penutup elektrikal, kotak, selokan, duct dan tray.
(13)
Panel kontrol diproteksi, sakelar pemutus arus dan kabel mengikuti standar SNI
0225-2000, Persyaratan Umum Instalasi Listrik dan diproteksi dengan electrical
surge suppressor.
(14)
Semua sistem elektrikal dan ruangan-ruangan diproteksi dengan unit pemadam api
kimia ringan.
(15)
Sistem ducting - polyvinyl chloride (PVC) untuk daya dan pencahayaan; konduit
baja kaku atau konduit metal menengah untuk sistem deteksi dan alarm; PVC untuk
telepon, intekom, CCTV, kabel TV, jaringan data komputer.
(16)
Menggunakan pencahayaan fluorecent kompak hemat energi dan tabung merkuri tanpa
merkuri.
(17)
Pencahayaan yang cukup dalam seluruh area rumah sakit, termasuk halaman.
(18)
Sistem listrik ekterior dipasang dibawah tanah.
(19)
Listrik fungsional dan lampu darurat dengan batere cadangan dalam seluruh area
ktiris.
(20)
Luminus (armatur) lampu eksit dengan batere cadangan.
Intervensi yang dapat
dilakukan adalah dengan melengkapi system alarm. Menurut kemenkes Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit yang aman
dalam situasi darurat dan bencana dalam hal system pemadam kebakaran adalah :
2.
Sistem Pemadam Kebakaran
(1) Sistem alarm, deteksi
dan pemadaman harus dihubungkan dengan sistem alarm kebakaran otomatis, sistem
deteksi panas dan/atau sistem pemadam kebakaran otomatik.
(2) Sistem alarm kebakaran
dapat dioperasikan secara manual dan otomatis.
(3) Sistem
alarm kebakaran di monitor oleh pos pemadam kebakaran atau agen monitor yang
terakreditasi.
(4) Deteksi
panas dan asap dipasang di koridor rumah sakit, panti jompo, dan fasilitas
penyandang cacat.
(5) Detektor
asap harus tidak dipasang terlalu jauh dari 9 (sembilan) meter dari titik
pusatnya dan lebih dari 4 (empat) dan 6 (enam) sampai 10 meter dari setiap
dinding.
(6) Menggunakan
zat pemadaman yang ramah lingkungan, effektif dan kerusakan yang diakibatkannya
kecil.
(7) Setiap
ruangan dilengkapi dengan alat pemadam api ringan.
(8)
Direkomendasikan alat pemadam api ringan; untuk peralatan elektrikal dan
elektronik menggunakan carbon dioksida, untuk layanan umum menggunakan alat
pemadam api ringan jenis ABC.
(9)Dengan
pipa tegak basah lengkap dengan perlengkapannya.
(10)
Mempunyai program keselamatan terhadap kebakaran dengan mengutamakan sebagai berikut :
a. Di
organisasi oleh dinas kebakaran yang melakukan seminar, pelatihan pemadaman
api, pelatihan evakuasi dalam situasi kebakaran, pelatihan pada saat terjadinya
gempa bumi,
b. Melakukan
pelatihan pemadaman api dan evakuasi pada situasi kebakaran
c.
Melakukan penanggulangan kebakaran, latihan pencegahan dan pemadaman kebakaran.
d. Tersedia
peralatan pemadam kebakaran.
e.
Pemeliharaan pencegahan dari peralatan pemadam kebakaran.
f.
Tersedia gambar eksit kebakaran dan gambar ketentuan evakuasi melalui eksit
kebakaran di tempat yang menyolok pada setiap tingkat lantai.
3.
Sistem Eksit Darurat
(1) Lantai balok dari jalan
keluar diterangi pada semua titik termasuk sudut dan persimpangan dari koridor
dan lorong, bordes tangga dan pintu eksit dengan lampu yang mempunyai lumen
minimal 0,001 lumen per cm2
(2) Sumber pencahayaan
mudah diakses dan andal, seperti layanan listrik PLN.
(3) Fasilitas pencahayaan
darurat dijaga dengan tingkat iluminasi tertentu pada kejadian kegagalan
pencahayaan normal untuk jangka waktu sekurang-kurangnya 1 jam.
(4) Tanda arah “EKSIT”
diterangi, dengan warna khusus, dengan sumber yang andal, 0,005 lumen per cm2.
(5) Tinggi huruf dari tanda
arah 15 cm dengan huruf yang menonjol dengan lebar tidak kurang dari 19 mm.
(6) Lengkapi luminous
(armature) penunjuk arah eksit pada dinding dan diletakkan 30 cm atau lebih
lebih rendah dari permukaan lantai.
Jika
terjadi kebakaran, maka perawat harus melindungi klien dari cedera, melaporkan
lokasi kebakaran, dan membatasi lokasi penyebaran api. Salah satu tingkatan
yang sangat membantu untuk membuat prioritas saat terjadi kebakaran adalah
RACE: Rescue, Alarm, Confine, dan Extinguish. Penyelamatan dan pemindahan
seluruh klien dari berbahaya yang mengancam. Dengan menggunakan prosedur
peringatan berbahaya untuk melaporkan lokasi kebakaran, maka petugas harus
mengambil tindakan untuk membatasi penyebaran atau memadamkan kbakaran
(misalnya menutup pintu dan jendela, mematikan oksigen dan alat-alat listrik
dan menggunakan alat pemadan kebakaran).
Klien
yang terjebak dalam kebakaran, berapapun besarnya kebakaran tersebut, berada
dalam resiko dan haruus dipindahkan ke area lain.
·
Jika klien menggunakan oksigen tetapi tidak menjadi
pendukung kehidupannya, maka perawat dapat melepaskan oksigen tersebut
·
Jika klien menggunakan oksigen sebagai pendukung
kehidupannya maka perawat harus mempertahannkan status pernapasan klien secara
manual dengan menggunakan ambubag sampai klien terlepas dari ancaman kebakaran.
·
Klien yang bisa berjalan dapat diarahakan untuk berjalan
sendiri kearah yang aman dan pada beberapa kasus mungkin dapat dibantu
denga kursi roda
·
Klien yang berbaring di tempat tidur umunya dipindahkan
dengan menggunakan brankar, temapat tidur atau kursi roda
·
Jika tidak ada satupun metode yang dapat digunakan, maka
klien harus diangkat dari ares tersebut.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Keamanan
adalah keadaan bebas dari cedera fisik dan psikologis atau bisa juga keadaan
aman dan tentram (Potter& Perry, 2006)
Kolcaba (1992, dalam Potter & Perry,
2005) megungkapkan kenyamanan/rasa nyaman adalah suatu keadaan telah
terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan akan ketentraman (suatu
kepuasan yang meningkatkan penampilan sehari-hari), kelegaan (kebutuhan telah
terpenuhi), dan transenden (keadaan tentang sesuatu yang melebihi masalah dan
nyeri).
Keamanan yang ada dalam
lingkungan ini akan mengurangi insiden terjadinya penyakit dan cedera,
memperpendek lama tindakan dan hospitalisasi, meningkatkan atau mempertahankan
status fungsi klien dan meningkatkan kesejahteraan klien. Lingkungan yang aman
juga akan memberikan perlindungan kepada staffnya dan memungkinkan mereka
dapata bekerja secara optimal. Lingkungan yang aman adalah salah satu kebutuhan
dasar yang terpenuhi (Potter&Perry, 2005).
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi.2005.Konsep dasar Keperawatan. Jakarta : EGC
Carpenito& Lynda Jual.2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan.Jakarta :
EGC
Christensen, Paula dan W.Kenney, Janet.2009. Aplikasi Model Konseptual. Jakarta : EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar